9. Perasaan Aneh

914 89 6
                                    

"Perasaan ini tiba-tiba muncul ke permukaan. Menjadikan sebuah perhatian yang selalu aku rindukan." — Zenata Soraya

"Masa SMA tidak semua harus tentang cinta. Ada kisah lain yang lebih membahagiakan, persahabatan contohnya." — From Story Zenata

———————————————


Zena turun dari motornya dengan perasaan yang sangat kesal. Mukanya ditekuk dan kakinya dihentak-hentakkan. Moodnya sedang tidak baik-baik saja. Ditambah kejadian di sekolah beberapa menit yang lalu saat ia mendapati Zikri sedang merangkul seorang cewek di parkiran.

Sepertinya cewek itu kelas sepuluh. Dilihat dari mukanya yang masih polos serta seragamnya yang cupu abis. Maklum masih kelas sepuluh, jadi belum saatnya melakukan hal yang di luar batas kewajaran seperti Zena.

Zena sadar jika ia bukan siapa-siapa di kehidupan Zikri. Tapi setelah apa yang dilakukan Zikri pada hari-hari sebelumnya itu masih pantas disebut bukan siapa-siapa? Perkataan manis yang dilontarkan Zikri apa itu hanya formalitas saja? Untuk membuat Zena terbang ke awang-awang lalu dijatuhkan begitu saja? Apa itu maksud dari seorang Zikri Rafasya?

"Ah, apaan sih gue!" katanya seraya membanting tas ke lantai.

Pelarian untuk saat ini hanyalah kopi. Hanya itu yang dapat menenangkan pikiran dan hati Zena. Zena beringsut menyeduh secangkir kopi. Setelah jadi, ia duduk di balkon kamar sambil merenungkan apa yang terjadi dengan hatinya.

"Nggak mungkin gue jatuh cinta semudah ini sama cowok!"

Ponsel di kantong bajunya bergetar, menandakan ada telepon masuk. Zena mengerutkan kening saat tau siapa orang yang menelponnya. Tapi, ia memilih me-reject panggilan tersebut lalu memasang mode hening agar tidak ada lagi yang mengganggu.

Bisa dilihat bahwa ponsel Zena menyala terus menerus. Sebanyak apapun dia menghubungi Zena, Zena enggan untuk menerimanya. Silakan spam di whatsapp, line ataupun instagram,  Zena tidak peduli.

Saat Zena datang, rumahnya begitu sepi. Papanya sedang ada kerjaan di luar kota. Mamanya ada rapat mingguan bersama partner bisnisnya. Sedangkan kakaknya? Mungkin ada tugas kuliah mendadak yang harus segera diselesaikan.

Rumah sebesar ini menjadi sangat sunyi. Kadang Zena sedih jika sedang berada di rumah sendiri. Ingin rasanya ia setiap hari bisa berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap. Tapi apa daya? Zena hanya bisa mengikuti waktu yang terus berjalan. Biarkan saja. Mungkin nanti ada saatnya ia dan keluarganya bisa sering berkumpul bersama.

*******

"Na, Nana, Mama pulang!" teriak Bu Zulfa dari lantai bawah. Kedua tangannya penuh dengan kantong belanjaan. Berisi makanan ringan dan bahan masakan. Mama Zena memang selalu belanja sendiri, ia tidak pernah menyuruh asisten rumah tangganya untuk membeli kebutuhan rumah. Katanya, kalau beli sendiri itu lebih leluasa.

Tidak ada sahutan dari Zena. Hanya sunyi dan sepi yang ia rasakan dari rumah ini. "Masa sih Nana belum pulang? Tapi itu motornya ada di garasi?" ujarnya bertanya pada diri sendiri.

Untuk memastikan Zena sudah pulang atau belum, Bu Zulfa melangkahkan kakinya menuju lantai atas.

Tap tap tap

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang