46. Tak Lagi Sama

506 57 64
                                    

"Semuanya sudah selesai. Di antara kita sudah tidak ada apa-apa. Jika akhirnya begini, aku akan berusaha merelakan walau itu sulit." — From Story Zenata

*****

SPAM KOMEN KALIAN SELALU AKU TUNGGU!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SPAM KOMEN KALIAN SELALU AKU TUNGGU!

SELAMAT MEMBACA!

————————

"Lo kenapa, sih, Na? Dari tadi diem aja, ngomong napa sama kita-kita," tegur Hemi. Cewek itu sudah tidak tahan dengan sikap Zena yang tiba-tiba menjadi pendiam. Tidak biasanya, dan itu sama sekali bukan sifat seorang Zena.

"Positive thinking aja, Mi, mungkin dia lagi sariawan," sahut Reno santai.

"Sekata-kata aja lo kalo ngomong!" Tedy menggeplak kepala Reno. Tidak keras namun sang empunya mengaduh kesakitan.

"Sakit banget ya ampun sakit!" jerit Reno histeris.

"Bapak lu nonton, Lang," ujar Oki. Cowok itu tengah duduk santai sambil mengangkat kaki sebelah kanannya yang bertumpu pada kaki sebelah kiri.

"Oki, siapa pirs lope mu?" tanya Tedy mulai gila.

"Sandy uwuuu Sandy," balas Oki. Seketika semuanya tertawa. Mereka jadi teringat akan video yang semalam dikirim random oleh Tedy.

Tawa mereka terhenti saat sadar bahwa ada satu orang yang tidak ikut tertawa. Zena, cewek itu memandang hampa. Wajahnya sedikit pucat. Tubuhnya menyandar bebas di kursi. Seperti tidak ada semangat hidup.

"Ray, lo kenapa?" tanya Reno lembut. Ia mendekat lalu duduk di samping Zena.

"Kalo ada apa-apa tuh ngomong aja, jangan dipendam sendiri ntar malah sakit sendiri," ujar Kila pada Zena.

Zena menyandarkan kepalanya di bahu Reno. Kedua tangannya memeluk sebelah tangan Reno. Perlahan ia memejamkan matanya, entah kenapa tiba-tiba rasa pusing itu kembali menjalar. Kali ini rasanya lebih sakit.

"Ray, lo nggak pa-pa? Lo sakit apa gimana? Ayo pulang, gue anter ke Dokter," cerocos Reno. Cowok itu memeriksa suhu tubuh Zena. Hangat, Reno bisa merasakan itu.

"Lo kalo belum sehat jangan dulu sekolah kenapa, sih? Semalam juga lo ke mana? Sengaja sembunyi-sembunyi supaya gue nggak ikut?" Reno memberondong Zena dengan pertanyaan.

Kila meneguk salivanya susah payah. Ia memperhatikan wajah Reno dari samping. Di sini ia bisa melihat bagaimana khawatirnya Reno terhadap sahabatnya itu. Rasa sayang cowok itu juga tidak main-main terhadap Zena. Itu yang selama ini jadi pertimbangan mengapa Kila tidak kunjung merespon kode yang diberikan Reno.

"Pelan-pelan nanyanya, Ren, orang lagi kesakitan juga," sentak Eki.

"Iya. Cerewet banget kayak emak gue," sahut Eko.

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang