7. Sunday Best Sunset

1.1K 106 9
                                    

"Gue lebih suka sama orang yang nemenin gue pas liat senja."Zikri Rafasya

——————————————

Minggu terbaik adalah rebahan. Itu yang ada di pikiran Zena saat hari libur seperti ini. Daripada keluar membuang-buang uang, lebih baik rebahan bukan?

Rebahan is my life.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Dan Zena masih belum bangun. Mamanya tidak akan membangunkan Zena jika hari libur. Karena apa? Menurut Mama Zena, hari libur itu untuk istirahat. Jadi, biarkan saja.

Kamarnya gelap, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Gadis itu sengaja mematikan semua lampu dan menutup rapat-rapat gorden dan jendelanya. Zena ingin istirahat dengan tenang sehari ini saja. Tapi bukan dead ya!

Matanya sangat enggan terbuka. Padahal suara kicauan burung saling bersahutan. Kendaraan berlalu lalang menderu-deru di luar sana. Tapi Zena tetap terlelap, tidak merasa terganggu sama sekali.

Zena tidur atau mati, sih?

Dering ponsel yang begitu nyaring memecahkan konsentrasi Zena untuk tidur lebih lama lagi. Sayup-sayup matanya mulai menyesuaikan keadaan di sekitarnya.

"Arghh," geram Zena. "Siapa sih yang nelpon gue pagi buta gini?! Ganggu orang tidur aja. Mati aja lo sana!"

Apa katanya? Pagi buta? Pagi buta katanya gais!! Jam 10.00 itu masih pagi? Omegattt inginku berkata kasar!

Tanpa melihat nama orang yang menelponnya Zena langsung mengklik tombol berwarna hijau dan...

"Halo, siapa? Ngapain nelpon gue pagi-pagi gini? Nggak tau apa orang lagi bobo cantik?! Nggak usah nelpon gue kalo nggak penting!" cerocos Zena tanpa memberi peluang untuk menjawab kepada lawan bicaranya.

"Zeta?" panggil orang itu lembut.

Suara lembut dari seberang sana membuat Zena membeku. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Zena sangat mengenali suara ini. Suara ini yang terakhir ia dengar saat hendak tidur semalam. Suara ini yang semalam membuat pipinya bersemu. Suara ini yang membuat perutnya geli seperti ada kupu-kupu beterbangan.

"Hey, Ta. Lo baru bangun? Maaf ya kalo gue ganggu," ucap orang itu merasa tidak enak.

Zena masih diam. Enggan menjawab pertanyaan dari lawan bicaranya. Ia merasa malu karena tadi sempat marah-marah tidak jelas. Jika boleh berteriak mungkin Zena akan berkata—Tenggelamkan adek di kali mahakam bwang!!

"Hm ya.udah kalo lo masih ngantuk tidur lagi aja. Gue tutup ya."

"Eh jangan," cegah Zena saat ia telah sadar jika Zikri akan menutup sambungan telponnya. Yap, orang itu adalah Zikri.

"Kenapa?"

"Emhh maafin gue tadi udah marah-marah nggak jelas," ucap Zena sambil meringis.

"Haha nggak pa-pa. Santai aja kali. Lo kalo masih ngantuk tidur aja lagi."

"Engg... Nggak kok. Gue udah nggak ngantuk hehe. Ada apa btw pagi-pagi nelpon gue?"

"Gue mau ajak lo jalan. Lo mau?"

Zena terdiam sesaat. Ia mencerna kata-kata yang dilontarkan dari mulut Zikri barusan. Itu nyata kah?

"Kapan dan di mana?"

"Satu jam lagi gue jemput. Bisa?"

"Ahh mmm iya iya bisa," ucap Zena gugup.

"Oke. Siap siap ya."

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang