18. Jemi oh Jemi

705 82 19
                                    

"Gue ikhlas kalo lo bahagia sama dia." — Jemi Azhaksan

——————————————

"Na, ada yang nyariin lo tuh!" teriak Hemi dari ambang pintu.

"Bilangin kalo nggak penting nggak usah ngomong. Gue sibuk. Nggak ada waktu buat ngeladenin orang nggak jelas!" cecar Zena dengan sekali tarikan nafas. Gadis itu sedang duduk di bangkunya sambil memasang earphone yang kemarin baru dibelinya melalui aplikasi online.

"Buset dah santai Bu, galak amat," sindir Ajeng. Cewek ini emang nggak ada kapoknya cari masalah sama Zena.

"Diem atau gue gorok lo!" ancam Zena sarkastik. Tidak lupa dengan matanya yang menatap tajam.

Zena tak suka ketenangannya diganggu. Lagipula siapa sih yang suka jika sedang mendengarkan musik terus ditanya-tanya? Kan nggak fokus jadinya.

"Na, itu si Jemi di luar nungguin lo," bisik Kila tepat di telinga Zena.

Tapi Zena tak merespon apapun. Ia hanya diam dan mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti alunan musik.

Kila tak sabar. Gadis itu mencabut earphone yang sedari tadi menyumpal telinga Zena.

"Lo udah bosen hidup?" Zena menatap Kila tajam.

"Ampun teh aing maung," balas Kila sambil menyatukan tangannya di depan wajah Zena seperti orang yang sedang memohon.

"Woy kalian ngapain, sih? Nggak denger apa ya gue teriak-teriak dari tadi!" Hemi kembali berteriak. Kali ini teriakannya tak main-main.

Mau tak mau Zena bangkit lalu berjalan ke arah Hemi.

"Hay, By," sapa seseorang di ambang pintu kelas.

"Ngapain lo di sini?" tanya Zena dengan raut muka yang terlihat sangat terkejut.

"Emangnya nggak boleh? Gue kangen sama lo."

Zena memutar bola matanya malas. Ia sangat sebal jika Jemi sudah melontarkan kata-kata yang begitu absurd di telinganya.

"Gue kepikiran terus sama lo. Makanya gue minta balik duluan. Padahal acaranya masih ada dua hari lagi," jelas Jemi.

Dua minggu yang lalu, Jemi izin tidak masuk sekolah. Katanya sedang ada acara keluarga di luar negeri. Entah itu acara apa, Zena tidak tau persis. Intinya itu acara besar, sampai-sampai Jemi tidak masuk sekolah selama dua minggu. Tidak genap dua minggu sebenarnya, mungkin hanya 12 hari.

"Nanti pulang sama gue, ya," pinta Jemi dengan senyum manisnya.

"Zena pulang sama gue!" sahut seseorang yang membuat Zena dan Jemi menoleh berbarengan.

"Siapa lo ngatur-ngatur Zena?"

"Kenalin nama gue Zikri Rafasya," ujar Zikri memperkenalkan diri. "Gue minta lo nggak usah deketin Zena lagi," lanjutnya.

Jemi menaikan alisnya. "Kenapa?"

"Zena pacar gue sekarang."

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang