"Jika bukan karena cinta dan sayang mana mungkin seseorang mau berjuang?" — Zikri Rafasya
"Perasaan manusia akan berubah secepat itu jika terus diberikan harapan tanpa sebuah kepastian." — From Story Zenata
——————————————
Setelah meninggalkan warung Teh Ismi tanpa kedua sahabatnya. Zena memilih untuk menenangkan diri di rooftof sekolah saja. Ia berjalan dengan muka datar dan tatapan tajam. Terlihat sangat menyeramkan.
Saat pintu rooftof dibuka tubuhnya langsung diterpa angin yang cukup kencang. Rambutnya menari-nari kesana kemari. Zena lalu menutup pintunya kembali dan berjalan ke arah kursi kayu usang yang tersedia di sana. Lagi-lagi ia merebahkan badannya tapi bukan untuk tidur. Zena hanya memejamkan mata saja guna untuk meredakan nyeri di kepalanya.
Akhir-akhir ini memang kepala Zena sering pusing. Apalagi jika bangun tidur. Mungkin ini efek dari kurangnya jam tidur Zena. Secara dia pengidap insom garis keras. Bisa semalaman Zena nonstop tidak memejamkan mata.
Itu yang membuat tubuh Zena mudah lelah dan sering kecapekan. Daya tahan tubuhnya menurun karena tidak teraturnya pola istirahat yang benar. Apalagi perihal makan, Zena harus selalu diingatkan. Kecuali kalo dia sudah merasa lapar sendiri, baru ia akan makan tanpa di perintah.
Pintu rooftof terbuka lebar lalu ditutup kembali. Suara langkah kaki terdengar mendekati Zena. Tapi Zena tak urung membuka matanya. Orang itu berdiri di hadapan Zena dan menatap wajah Zena lekat.
"Gue nggak suka diliatin," ujar Zena membuat orang itu terhenyak.
"Ta, gue mau ngomong," pinta orang itu yang tak lain adalah Zikri.
"Nggak ada lagi yang perlu diomongin."
"Gue mohon, Ta. Dengerin gue dulu."
"Lo ganggu!" sentak Zena sambil berdiri lalu berjalan menuju tembok pembatas.
Zikri mengikuti Zena dari belakang. Jantungnya dag dig dug tak karuan.
"Siapa yang nyuruh lo ngikutin gue?!" ketus Zena tanpa berbalik. Matanya menelusuri pemandangan yang bisa dilihat dari atas rooftof.
"Hati gue, Ta. Hati gue selalu menuju ke lo!"
"Ck, basi lo!" decak Zena.
Zikri sebenernya sudah deg-degan setengah mati. Wajahnya pucat tak sanggup lagi untuk berbicara dengan Zena. Tapi hati dan pikirannya selalu bertolak belakang dengan keadaan. Sehingga mau tidak mau ia harus menuruti kata hati dan pikirannya.
"Gue suka sama lo Zena! Gue sayang sama lo!" teriak Zikri yang mampu membuat Zena terdiam mematung. Bibirnya berkedut tidak kuat untuk menahan senyum yang harus terpancar saat ini juga. Tapi ia kembali ingat dengan kata hatinya semalam. Wajahnya kembali datar dan matanya menyipit.
"Lo pikir gue peduli?" tanya Zena seraya berbalik menatap Zikri dengan raut datar.
Zikri lagi-lagi terhenyak dengan ucapan Zena. Gadis ini susah sekali untuk dikendalikan jika sudah merasa tak aman.
"Lo bilang sama gue, mau lo apa? Lo boleh minta apa aja ke gue asalkan jangan kayak gini. Please, balik lagi ke Zena yang dulu!" pinta Zikri memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENATA
Teen Fiction[SELESAI] Zenata Soraya. Siswi cantik yang disegani di sekolahnya-SMA Houten. Barbar dan nakal adalah hal yang lumrah di kehidupannya. Menjahili guru adalah hobinya jika di sekolah. Tiba saatnya seseorang datang dan ingin memasuki kehidupan Zena. M...