'Cara menjadi pelakor yang baik.'
Klik!
Tidak butuh waktu lama, beberapa tips sudah dia dapatkan dari internet. Mata itu fokus menatap layar laptop di depannya, membaca satu-persatu tips jitu yang entah ditulis oleh siapa. Vista tidak peduli asal-usulnya, dia hanya perlu ilmu.
"Selalu tampil cantik dan menarik." Vista bergumam sambil sesekali menyesap teh hijaunya.
Sekitar sepuluh menit yang dia butuhkan untuk memahami beberapa tips-tips itu. "Sekarang gue berasa jadi ahli ... ahli merebut suami orang."
Vista tertawa, dia memang sudah gila. Bagaimana bisa dia seserius ini? Alasan satu-satunya hanya karena Achio. Achio pikir Vista akan menyerah begitu saja? Tentu tidak. Akan Vista tunjukkan pada Achio, siapa yang sedang dia ajak berhadapan sekarang.
"Vista!!"
Tok! Tok! Tok!
Teriakan dan ketukan tidak sabar itu membuat Vista segera bangkit dari duduknya, meregangkan otot-otot tubuh lalu berjalan mendekati pintu kamarnya.
"Kenapa, Ma?"
Wanita paruh baya itu melemparkan baju-baju kotor pada wajah Vista. Dengan sorot tajam dia menatap Vista yang masih mematung. "Dari tadi ngapain aja? Mama nyuruh nyuci kenapa belum selesai sampai sekarang?"
"Main hp terus!!" lanjutnya mengomel.
Vista meringis, dia melupakan pekerjaan yang satu ini. Diliriknya jam yang menempel di dinding. Pukul empat sore, berarti masih ada banyak waktu untuknya sebelum pergi ke rumah Om Naresh.
"Maaf, Ma. Vista cuci sekarang," jawabnya patuh sembari memungut baju-baju kotor itu.
Nina, wanita yang melahirkan Vista diam saja menatap putrinya. Setelah Vista berdiri dengan setumpuk baju di pelukannya, Nina mulai melepas blazer yang tadi membalut tubuhnya lalu menyerahkan pada Vista.
"Mama capek, jangan selalu bikin Mama marah." Nina menatap Vista dengan sorot lelahnya.
Menjadi single parent dan mengurus tiga anak bukan hal yang mudah untuknya. Dia tidak mau ada di situasi ini, tapi mau bagaimana lagi? Hanya dia harapan untuk anak-anaknya.
"Iya, Ma." Sebelum Nina berjalan menjauh, Vista bertanya, "Nanti Vista izin keluar boleh?"
"Selesaikan semua tugas kamu baru boleh keluar, jangan pulang malem-malem."
Senyum tipis terukir di bibirnya, Vista akhirnya bisa bernapas lega. "Iya, Ma. Makasih."
Mencuci, menyapu, membersihkan kamar Kakak-kakaknya, serta sedikit membantu Mamanya di dapur sudah dia selesaikan. Sekarang Vista sudah berpakaian rapi, siap untuk pergi melancarkan aksinya.
"Vista keluar, ya?"
Tiga orang yang duduk di meja makan hanya diam. Entah memang tidak mendengar suara Vista atau memang tidak ingin menjawab.
Helaan napas terdengar dari Vista. "Vista pamit."
"Kemana?"
Tubuh Vista menegang, bukan karena takut untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi karena suara yang sangat jarang dia dengar, suara berat dan kaku dari Kakak keduanya. Vista berbalik menatap orang yang duduk di meja makan. Sorot mata itu masih tetap sama, dingin.
"Mau kemana lagi? Keluyuran terus kayak cewek nggak bener."
Suara itu berasal dari Kakak ketiganya. Dia memang lebih sering bicara, tepatnya lebih sering mengucapkan perkataan yang menyakiti Vista.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...