"Achio, bangun! Bisa-bisanya lo menyelinap waktu semua lagi lengah!!"
Laki-laki yang berbaring di atas sofa menggeliat pelan saat merasa terusik.
"Achio!!"
"Apa?!" tanya Achio dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Jam berapa ini? Habis berapa ronde kemarin malam?" Kara yang berbicara asal jeplak mengundang tawa Oza dan Desmon.
Entah kenapa tiga laki-laki itu bisa bangun lebih dulu dari Achio, dengan malas akhirnya Achio bangkit lalu memutar kunci untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, mereka bertiga menerjang masuk ke dalam kamar.
"Coba cek! Ada tanda-tanda pemerkosaan atau nggak." Oza mengintruksi hingga Kara dan Desmon berlari mendekati Vista yang masih terlelap.
Ketiganya mengamati Vista dari jarak dekat, bahkan telunjuk Kara dengan kurang ajar sedikit menyibak kerah sweater yang menutupi leher Vista. Tidak melihat tanda-tanda sehabis pergulatan, mereka semua tersenyum lega.
"Gue kira, lo habis mantap-mantap."
Achio menatap datar dari sofanya. "Nggak minat."
"Belum minat lebih tepatnya," ucap Oza mengoreksi.
Desmon menatap Vista yang matanya masih terpejam. "Tidurnya lama banget, dia nggak mati, 'kan?"
Sekarang Oza menyenggol-nyenggol lengan Kara. "Lo ngasih campuran obat biusnya udah bener belum?"
"Gue nggak inget," ucap Kara sambil menggaruk tengkuknya seperti orang bodoh.
Oza memicing menatap Vista "Emang dasarnya ini cewek males kali!" tuduhnya.
Kara menggeleng tidak peduli, dia memilih duduk di pinggir ranjang untuk menikmati wajah damai Vista. "Bangun tidur dikasih pemandangan begini enak banget."
"Apa gue nikahin Vista, ya?" tanya Kara bersungguh-sungguh. "Lumayan bantu Achio buat jauhin bokapnya dari ini cewek."
"Tapi Vista nggak mau sama lo."
Jawaban Desmon membuat Oza tergelak. Laki-laki itu ikut duduk di dekat Kara dan melakukan hal yang sama dengannya. "Achio, Desmon, sini! Jangan buang-buang kesempatan."
Yang dipanggil tampak mengabaikan, mereka justru berbincang.
"Kok gue baru lihat dia di sekolah?"
Kara memukul tengkuk Oza. "Dia anak baru, bodoh! Dia masuk waktu kita semua kena skors."
"Yang lain masih di sini?" tanya Achio pada Desmon.
Desmon menggeleng. "Udah diusir sama mereka," jawabnya sembari menunjuk Kara dan Oza dengan dagu.
Heran melihat keduanya yang tidak berkedip menatap Vista, Desmon menceletuk, "Mata lo berdua bisa keluar kalau lama-lama kayak gitu."
Mereka berdua tidak mendengarkan ucapan Desmon. Sekarang Oza justru menepuk pundak Kara. "Boleh pegang nggak? Gue nggak tahan."
"Pegang apa?" Desmon sampai terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Oza.
"Pipinya, bego! Gue nggak sekurang ajar itu!" ketus Oza.
"Lo nyentuh dia waktu dia nggak sadar udah kurang ajar banget, tolol!" Desmon menjawab dengan nada kesal.
Oza tidak peduli, dari tadi dia sudah penasaran. Tingkahnya lebih mirip seperti anak kecil yang penasaran akan sesuatu. Tidak menunggu waktu lama, tangan Oza akhirnya terulur menyentuh pipi Vista.
"Habis ini Vista harus cuci muka pakai kembang seribu rupa," celetuk Desmon.
"Udah!" Kara memukul tangan Oza yang keenakan menyentuh pipi Vista. Matanya beralih menatap Desmon dan Achio. "Pipinya nggak bakal jerawatan, 'kan?" tanyanya seperti anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
أدب المراهقين"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...