Membuka mata perlahan-lahan, Vista menoleh ke arah meja yang ada di samping brankar tempatnya terbaring. Walau lemas, tapi bibirnya masih bisa mengulas senyum sesaat matanya menangkap sebuah apel merah di sana.
Bagaikan diselimuti keajaiban, apel merah itu seolah membawa energi lebih untuk gadis lemah itu.
Disaat kesulitan hendak meraih apel tersebut, tiba-tiba sebuah tangan membantu meraihnya. "Mau Mama bantu kupasin? Tadi ada temen kamu yang titipin ini."
Tubuh Vista menegang menangkap sosok Mamanya yang tengah mengulas senyum manis, apa sekarang dia sedang bermimpi?
"Mama? Mama di sini?" Mata Vista tiba-tiba memanas diikuti oleh debaran jantung gugup sekaligus senang yang tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata.
Gadis itu tercekat saat Nina tiba-tiba memeluknya begitu erat. "Maafin Mama," lirih Nina di telinga putrinya.
Ragu-ragu, tangan kurus tersebut terangkat membalas pelukan Nina. Vista tersenyum kecil walau air mata turun dari kelopaknya. "Ma, Vi—"
"Kamu mau dengerin Mama, 'kan?" Nina mendorong bahu putrinya dan menatapnya dengan serius.
"Mau," jawab Vista cepat.
"Berhenti sekolah, ya? Ini demi kesembuhan kamu." Sebelum anaknya menyela, Nina kembali bicara. "Kamu bisa belajar dibantu Kakak-kakak, intinya sekarang fokus dulu sama kesehatan kamu."
Vista menunduk, dia mau melakukan apa pun tapi tidak untuk yang satu ini. "Maaf, Ma. Vista nggak bisa."
Menggenggam tangan putrinya, Nina mengeluarkan tatapan penuh permohonan. "Mama mohon, supaya kamu bisa cepet sembuh."
Mata Nina berkaca-kaca, rasanya sesak sekali menatap kondisi Vista. "Mama nggak sanggup kalau harus kehilangan lagi."
"Mama yakin?" tanya Vista ragu.
Nina mengangguk hingga membuat Vista kembali merentangkan tangan untuk merasakan lebih lama pelukan yang amat sangat dia rindukan.
"Maaf," lirih Nina.
***
"Achio, tau nggak kalau tadi rambut gue rontok?"
Vista mulai bercerita padahal laki-laki itu belum duduk. Achio masih mengenakan seragam lengkap, dia baru saja pulang dari sekolah dan langsung menuju ke rumah sakit untuk menemani Vista.
"Iya?" tanya Achio menanggapi.
"He'em." Vista mengangguk meyakinkan. "Rontoknya nggak sedikit tau, katanya gara-gara kemoterapi."
Tersenyum tipis, Achio rasanya senang sekali melihat gadis itu tidak terlihat selemah kemarin. "Nggak apa-apa, 'kan biar cepet sembuh."
"Pasti sembuh, 'kan?" tanya Vista bersungguh-sungguh.
"Iya."
"Lo pasti temenin gue sampe sembuh, 'kan?"
Mengangguk, kemudian Achio menarik Vista ke pelukannya. "Pasti."
"Janji, ya?" tanya Vista penuh permohonan.
"Janji."
"Mana kelingkingnya?" Vista mendorong bahu Achio lalu mengangkat kelingkingnya ke udara berharap bahwa akan disambut baik oleh laki-laki di dekatnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...