"Ngebut, bego!!" Vista memukul-mukul helm yang dikenakan oleh Romeo.
Romeo berdecak sebal. "Siapa suruh telat bangun?!"
"Bukan waktunya debat! Cepetan, gue bisa telat, nih!" gerutu Vista sambil mencengkram kuat tas punggung yang menjadi sekat antaranya dan Romeo.
Pagi ini Romeo benar-benar menjemput Vista, tapi dia menunggu sangat lama karena waktu dia sampai di rumah Vista, ternyata gadis itu belum bangun. Hasilnya seperti sekarang, mereka berdua bisa dipastikan akan terlambat masuk sekolah.
Karena melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, akhirnya tanpa membuang waktu lama motor Romeo berhenti tepat di depan gerbang SMA Satu Bangsa yang sudah tertutup rapat. Vista segera melompat turun dari atas motor dan berlari mendekati gerbang sekolahnya.
"Pak!" Vista berteriak memanggil Pak Didit yang sudah bertahun-tahun menjadi satpam di sekolah ini. "Bukain pintunya, Pak! Saya cuma telat lima menit."
Pak Didit tergopoh-gopoh menghampiri Vista. "Pulang aja, lima menit juga tetep telat."
"Baru sekali ini saya telat, besok-besok nggak lagi." Vista menangkupkan tangannya, tidak lupa dia keluarkan wajah memelasnya.
"Nggak bisa!" Pak Didit menunjuk halaman sekolah yang tampak sepi. "Semuanya sudah masuk kelas, percuma kalau kamu maksa masuk."
Tubuhnya dia rapatkan ke gerbang sekolah, kedua tangannya memegang besi gerbang tersebut. "Dihukum Pak Jaya juga nggak apa-apa, yang penting saya nggak pulang."
"Duh gimana, ya?" Pak Didit tampak berpikir.
"Romeo, gue harus gimana?" Vista menoleh ke belakang, Romeo masih duduk di atas motornya seolah tidak peduli jika dia juga tidak bisa masuk ke sekolahnya.
Mematikan mesin motornya, Romeo turun dengan sekali gerakan. "Pulang aja," jawabnya santai.
"Nggak mau, nanti Mama marah." Vista menghela napasnya, tadi saja dia sudah diomeli habis-habisan. Semua ini karena film yang direkomendasikan oleh Romeo membuat Vista baru tidur sekitar jam tiga pagi.
"Pulang ke rumah gue mau?" Ibu jari Romeo menyentuh kantung mata yang terlihat jelas di bawah mata Vista. "Lo kelihatan kurang tidur."
"Nggak mau!" Vista menyentak tangannya.
"Ada Bunda di rumah, gue nggak akan ngapa-ngapain."
Vista tetap menggelengkan kepalanya. "Gue mau sekolah," ucap Vista keras kepala.
Romeo menghela napasnya, tatapannya kini terarah pada Pak Didit yang sedari tadi menatap interaksi mereka.
"Pak, biarin Vista masuk."
Pak Didit mengernyit menatap Romeo. "Kamu anak sini juga?"
"Bukan, saya sekolah di SMA Trisakti," jawab Romeo sambil memasukkan satu tangannya ke saku celananya.
Pak Didit menepuk dahinya. "Makanya pagi-pagi jangan pacaran, mending cepet pergi ke sekolah kamu!"
"Saya pergi kalau Vista udah boleh masuk," ucap Romeo sambil melirik sekilas ke arah Vista.
"Udah telat, nggak bisa!"
"Kalau pakai ini bisa?" Uang berwarna merah terulur di depan wajah Pak Didit.
Sedetik Pak Didit tampak tergoda sebelum akhirnya dia menormalkan ekspresinya. "Kamu mau menyuap?!"
"Bisa atau nggak?!" Romeo menaikkan satu alisnya. "Kalau nggak bisa ya ud—"
"Bisa dong." Dengan gerakan cepat uang itu sudah berpindah ke tangan Pak Didit sebelum akhirnya tersimpan rapi di dalam kantong seragam satpamnya.
Romeo tersenyum, sudah dia duga bahwa satpam di sekolah ini tidak ada bedanya dengan satpam penjaga di sekolahnya. Ternyata benar, apa pun bisa dipermudah dengan uang.
![](https://img.wattpad.com/cover/271238016-288-k7059.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...