Setelah menyumpal lubang hidungnya dengan gulungan tissue, sejenak Vista memejamkan mata. Beberapa menit yang lalu dia meminta Achio untuk menjemputnya lewat jendela kamar.
Entah kenapa, padahal beberapa jam lalu mereka bertemu tapi Vista ingin sekali menghabiskan lebih banyak waktunya dengan Achio. Menarik sesuatu yang menyumpal hidungnya, kini Vista mulai membereskan kekacauan itu agar Achio tidak tahu.
"Vista!"
Menoleh ke arah jendela, senyum di wajah Vista mengembang. Cepat-cepat dia bangkit lalu melongok ke luar jendela menatap Achio yang berdiri di bawah.
"Mau apel?" Achio tersenyum simpul sambil menggerak-gerakkan apel merah di tangannya.
"Tunggu di situ!"
Dibantu Achio, tidak berapa lama Vista sudah berdiri di hadapan laki-laki itu. Menatap wajah Achio dengan bantuan temaram cahaya bulan, entah kenapa rasanya begitu senang.
"Mau kemana lagi? Tadi kita baru pulang dari pantai."
Vista mengedikkan bahunya sambil berjalan ke arah mobil Achio.
Sebelum masuk, Achio menarik tangan gadis itu. "Kemana, Vista? Lo perlu istirahat."
"Sebentar aja," pinta Vista.
Mengalah, Achio memilih menuruti keinginan gadis itu. Melirik gadis di sebelahnya yang tampak benar-benar senang, sebuah lengkungan manis lagi-lagi terbit dari bibir Achio.
"Bawa gue kemana pun, asal sepi."
Tubuh Achio menegang, dia menatap gadis di sebelahnya dengan tatapan penuh tanya. "Sepi?"
Vista mengangguk mantap.
Menyeringai, sekarang Vista yang dibuat bingung oleh Achio sesaat setelah laki-laki itu menjawab, "Oke."
Hanya lima menit yang diperlukan untuk mencapai tempat tujuan Achio.
"Di sini?" tanya Vista ragu.
Menganggukkan kepalanya, Achio keluar dari mobil hingga membuat Vista mau tidak mau ikut keluar.
"Kok di sini?" Menarik tangan Achio, Vista menatapnya penuh kekesalan.
"Bego!" Achio mendorong pelan dahi gadis di depannya. "Tengah malam begini dimana-mana juga pasti sepi."
"Tapi nggak di deket komplek perumahan gue juga!" protes Vista. "Gue maunya jalan-jalan yang agak jauh!"
Menggenggam tangan gadis di sebelahnya, Achio menuntunnya berjalan-jalan di sekitar sana. "Buang-buang bensin."
"Miskin," cibir Vista hingga membuat Achio melotot.
Ingin menjawab, tapi apa yang dikatakan Vista benar. Dia tidak punya sedikit pun uang tanpa Naresh, artinya Achio masih menumpang hidup.
"Ada yang ngikutin kita," celetuk Achio tiba-tiba.
Merapatkan tubuhnya dengan Achio, Vista menatap waspada ke sekelilingnya. "Siapa?" tanyanya nyaris tanpa suara.
Tertawa kecil, Achio menunjuk bayangan mereka berdua. "Tuh, kembaran kita!"
Vista mendengus, hendak memukul Achio tapi dia urungkan sebab teringat akan keinginannya mengabadikan banyak momen berharga dalam hidupnya.
Mengeluarkan ponsel, Vista mulai memotret bayangan mereka di atas aspal yang tercipta sebab cahaya bulan ditambah lampu penerangan jalan.
"Lucu," gumam Vista setelah memperhatikan hasil tangkapannya.
Achio yang ikut melihat foto tersebut mengangguk membenarkan. Dia berjongkok di depan Vista, meminta gadis itu untuk naik ke punggungnya.
Setelah gadis itu berpindah pada punggungnya, Achio kembali berdiri dan mencari arah yang bagus agar bayangan mereka berdua tampak lebih bagus. "Coba foto."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...