40. Power of Love

4.1K 421 137
                                        

"Bisa nggak kalau bucin jangan ngajak-ngajak?!" Kara menggerutu kesal di tempatnya.

Menyeka keringat di dahinya, Oza kini mengibas-ngibaskan kerah seragam putihnya. "Mana nggak bawa topi, habis ini pasti dihukum."

Desmon berdiri tenang menatap ke depan, lebih tepatnya pada seorang guru laki-laki yang memberi wejangan seperti upacara bendera pada biasanya. "Diem dulu!"

Kara mendengus, dia sekarang menatap Achio yang justru berjinjit-jinjit berusaha mencari keberadaan Vista di antara banyaknya barisan siswa/siswi.

"Heh, setan!" Kara memukul punggung Achio yang berdiri di depannya. "Jangan jinjit-jinjit, ngalangin pandangan gue!"

Mengabaikan ucapan Kara, Achio masih mengedarkan pandangannya mencari gadis yang menjadi alasannya berdiri di sini.

"Lihat barisan cewek-cewek XII IPS 1, dia ada di barisan nomor tiga dari depan."

Senyum di bibir Achio mengembang saat menangkap keberadaan Vista atas bantuan Desmon yang paling mengerti keinginannya.

"Dih, senyum-senyum." Oza mencibir. "Geli gue, lo nggak cocok kayak gitu!"

Masih sama, Achio tidak peduli pada ucapan itu. Dia sekarang berdiri santai, fokus ke satu titik di mana Vista berada.

Memperhatikan bagaimana gadis itu membenarkan topinya, menunduk, kemudian memainkan dasi yang menggantung di lehernya. Senyum tipis terukir di bibir Achio, Vista pasti bosan.

"Gue denger-denger ada siswi baru hari ini, tapi yang mana?" Dalam kondisi seperti ini, Oza masih sempat-sempatnya membuka obrolan yang pasti akan menjadi panjang.

Memperhatikan barisan anak OSIS yang tidak melihat ke arah mereka, Kara segera berpindah berbaris di dekat Oza. "Gue juga denger, cantik nggak?"

"Pindahan luar negeri, gue rasa iya."

Kara hampir memekik senang di tempatnya. "Lumayan buat penye—"

"Kalau masih mau berisik, keluar barisan!"

Ucapan Kara terhenti saat salah seorang anggota OSIS menghampiri mereka dan menegurnya. Ingin sekali membalas, tapi Oza menginjak kaki Kara agar tetap diam. Karena mau melawan sampai mulut berkuah pun, anak OSIS tidak akan mau mengalah.

Desmon melirik malas ke belakang, dia menendang Oza dan Kara agar keduanya diam. Desmon bukan orang yang benar-benar taat peraturan, tapi dia sedang berusaha pandai memosisikan diri. Jika sudah terlanjur berbaris di lapangan dan ikut upacara bendera, hal yang paling benar dilakukan adalah diam dan memperhatikan.

"Heh, lo kenapa?!" Suara gadis yang memekik terkejut membuat hampir seluruh pandangan mengarah padanya.

Melihat itu, Achio bergerak memecah barisan. Menerobos lautan siswa/siswi sampai akhirnya dia mengambil alih tubuh Vista yang ditahan oleh gadis tadi. "Vista?!"

Vista memejamkan mata karena pandangannya mulai memburam.

"Lo kenapa?!"

Anak OSIS yang berusaha membuat situasi kembali kondusif segera memerintahkan Achio untuk membawa Vista menjauh dari lapangan.

Menyelipkan tangannya di punggung dan di belakang lutut, Achio menggendong Vista dengan sangat mudah. Berjalan tergesa ke arah UKS, beberapa anak PMR mengikuti langkahnya.

"Vista?!" Achio menunduk, matanya membulat menatap hidung Vista yang mengeluarkan darah, bahkan sudah mengalir melewati bibir, leher, hingga menodai seragam putihnya.

Berbalik, Achio harus segera membawa Vista ke rumah sakit. Ini tidak boleh dianggap sepele, dia beberapa kali telah melihat gadis ini mimisan. Tidak ingin hal buruk terjadi, tapi bisa saja ada yang salah dengan tubuh Vista.

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang