Akhir-akhir ini Nina sangat jarang berada di rumah, wanita itu tampak lebih menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan. Tidak jauh beda dari Mamanya, Darpa dan Diego pun sama sibuknya. Entah karena jadwal kuliah atau memang mereka tidak betah di rumah, Vista tidak tahu.
Kedua tangan Vista menangkup semangkuk sup ayam makaroni yang dia buat pas untuk dirinya sendiri. Lagipula siapa yang mau menemaninya? Dia di rumah sendirian, benar-benar sendiri dan mungkin inilah pemandangan yang akan dia terima di masa depan.
Tidak apa, dia tidak marah pada keluarganya yang seolah melupakan kehadirannya.
Menarik salah satu kursi, dia duduk sendirian di meja makan yang besar. Mulai makan dengan tenang, berteman dengan kursi-kursi kosong di sisinya. Mungkin kalau Vista kehilangan kewarasannya, dia akan mulai bicara pada benda-benda mati itu.
"Kurang garam," ucapnya setelah menelan sesendok kuah sup hangat itu.
Tidak bisa makan seperti ini, buru-buru dia berlari ke dapur kemudian kembali dengan salt shaker di tangan kanannya. Menambahkan sedikit garam kemudian diaduk sebelum dia kembali mencicipi rasanya.
Kesalahannya adalah terlalu percaya diri sampai enggan mengoreksi rasa sebelum sup itu dipindahkan ke mangkuk.
"Enak." Vista duduk di tempat semula untuk menghabiskan makan malamnya dalam keheningan.
Baru setengah dia habiskan, layar ponselnya tiba-tiba menyala menampilkan sebuah panggilan dari Naresh.
Dia menatapnya sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Halo? Kenapa, Om?"
"Vista, sekarang kamu bisa ke rumah?" Sesekali Naresh terbatuk-batuk, laki-laki itu memang sedang kurang enak badan.
"Ke rumah? Ngapain?" Vista memasukkan satu sendok makaroni ke mulutnya setelah bertanya.
Tidak ada jawaban dari seberang sana membuat Vista cukup kebingungan. Apa sedang terjadi sesuatu yang buruk pada Naresh? Tapi rasanya tidak, di rumah pasti ada Achio dan Bi Indah yang selalu mengawasi laki-laki itu.
"Om?"
Naresh menghela napasnya. "Ada yang mau Om bicarakan sama kamu."
Vista meletakkan sendok makannya, dia mendorong mangkuk sup yang belum habis. Dia rasa pembicaraan ini cukup serius, terdengar dari nada bicara Naresh.
"Tentang?"
"Om rasa secepatnya harus mengurus perceraian dengan Gretha."
Vista tersedak, susu kaleng yang baru dia teguk sukses tersembur ke depan. Vista meringis dalam hati, dia sangat jorok. Maka dari itu untuk melenyapkan pemandangan tidak enak itu, Vista buru-buru membersihkannya dengan tissue.
"Maaf, Om. Tadi gimana?" Vista bertanya lagi sambil berjalan ke arah ruang keluarga.
Duduk di sofa dan mencari posisi nyaman untuk mengobrol dengan Naresh.
"Om ingin secepatnya menceraikan Gretha."
Vista menggigit bagian dalam mulutnya. "Om yakin?"
"Yakin." Naresh menjawab dengan nada kesungguhan yang bisa Vista tangkap. "Kamu mau temani saya?"
Vista berbalik hingga posisinya sekarang tengkurap. "Om bener-bener udah yakin?"
Naresh diam lagi, dia harus bisa meyakinkan dirinya. "Om butuh kamu ... bisa ke rumah?"
"Bukannya Vista nggak mau, tapi pasti ada Achio di rumah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...