30. Weird Feeling

3.8K 420 127
                                    

"Dia udah sadar." Bobon, laki-laki bertubuh gempal itu menepuk-nepuk lengan Romeo hingga membuatnya bergegas mendekati ranjang.

"Lo yakin baik-baik aja?" Romeo berjongkok di sisi ranjang untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Vista yang berbaring. "Ke rumah sakit aja, ya?"

"Air," lirih Vista karena tenggorokannya terasa sangat kering.

Mendengar permintaan itu, Chris membukakan sebotol air mineral kemudian dia sodorkan pada Vista. "Minumnya pelan-pelan."

Setelah membasahi tenggorokannya dengan beberapa teguk air, Vista kembali menatap Romeo. "Gue cuma kurang istirahat."

Romeo mengangguk ragu sebelum akhirnya menyerahkan satu setel piyama yang tadi dibelikan oleh Bobon. "Seragam lo kotor dan kita nggak bisa ganti. Lo bisa ganti sendiri?" tanyanya pelan.

"Bisa." Vista bangkit perlahan-lahan. Masih cukup pusing tapi tidak jadi masalah karena sekali lagi dia sudah cukup terbiasa. "Kamar mandinya dimana?"

Romeo meraih tangan Vista untuk mengantarkan gadis itu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Dia bingung mau membawa Vista kemana, maka dari itu dia membawa Vista ke rumah. Bisa saja Romeo membawanya pulang ke rumah gadis itu, tapi jam segini biasanya rumah Vista sangat sepi. Keluarga Vista juga tidak mempunyai asisten rumah tangga, hanya sopir yang biasanya akan mengikuti Nina pergi.

Kebetulan rumahnya juga sedang sepi. Ayahnya seperti biasa berada di kantor, sedangkan Bunda ditemani satu asisten rumah tangga punya jadwal ke salon bersama hari ini. Kenapa Romeo tahu? Karena pagi tadi Bundanya minta izin pada Ayahnya.

Sedangkan tiga temannya yang lain sudah kembali ke sekolah, tapi Bobon dan Chris tetap di sini untuk ikut menjaga Vista jika terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu. Tidak berapa lama, Vista keluar dengan piyama yang ukurannya sangat besar ditubuhnya.

"Lo belinya gimana, sih?" Chris menatap sebal pada Bobon yang sekarang sibuk pada cokelat di tangannya.

"Gue nggak tau ukuran bajunya Vista, jadi gue beli pakai ukuran badan gue."

"Jelas beda lah!" Chris tampak tak suka.

Vista tersenyum tipis menatap laki-laki yang doyan makan itu. "Nggak apa-apa, kok. Makasih, Bobon."

Bobon tidak menjawab, tapi mengacungkan jempolnya ke atas.

"Sekarang makan, ya?" Romeo menatap Vista yang kembali duduk di atas ranjangnya. "Nanti sore gue anterin pulang."

"Ini kamar siapa?" tanya Vista, pandangannya menyapu sekeliling ruangan yang tampak rapi.

"Kamar gue." Romeo meraih semangkuk bubur di atas nakas, menyodorkan satu sendok ke depan mulut Vista hingga membuat gadis itu mau tidak mau membuka mulutnya. "Maaf kalau tanpa persetujuan lo."

Vista mengangguk saja sebelum menerima suapan-suapan dari Romeo.

"Lo sebenarnya sakit apa?" tanya Chris, laki-laki berkulit putih dan bermata sipit. "Nggak mungkin sakit biasa, lama-lama bisa bahaya kalau lo mimisan dengan darah sebanyak itu."

"Gue cuma kurang istirahat."

Chris, si laki-laki pintar tidak percaya begitu saja. "Udah pernah cek ke Dokter?"

"Udah," jawab Vista jujur.

"Terus hasilnya gimana?"

Vista menelan bubur yang baru masuk ke mulutnya. "Nggak apa-apa, kok. Gue merasa baik aja walau emang sering mimisan, udah biasa buat gue."

Chris memutuskan untuk diam, jawaban dari Vista sedikit mengobati rasa penasarannya.

Vista memang kenal beberapa teman-teman Romeo. Hanya kenal dan belum terlalu dekat. Tapi bagi teman-teman Romeo, Vista adalah orang yang patut mereka jaga karena Romeo tampak sangat menyayangi gadis itu. Terlebih Romeo selalu menceritakan apa pun mengenai gadis itu, membuat mereka cukup tahu sedikit hal tentang Vista.

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang