28. Foto Kedua

4K 436 352
                                    

"Brengsek!!"

Vista mengumpat setelah sesuatu yang bisa menghancurkannya kembali tersebar di grup angkatan. Dia tidak tahu nomor milik siapa yang mengirimkan fotonya dan Tio saat ingin melecehkannya.

Mata Vista memanas, tapi dia masih berusaha menahan dirinya untuk tidak lemah. Posisinya dan Tio sangat dekat, pas sekali jika digunakan untuk menuduhnya berbuat macam-macam dengan laki-laki itu.

Vista melempar ponselnya asal, jujur dia tidak kuat membaca pesan yang masuk dari siswa/siswi mengenai foto tersebut. Terlebih mereka bukan sekedar menuduhnya macam-macam dengan orang baru, tapi keterangan di foto itu menjelaskan secara rinci bahwa laki-laki itu adalah Papanya.

"Kara ... ini pasti ulah dia!!" Vista merampas ponselnya dengan cepat, hanya laki-laki itu yang tahu bahwa Tio adalah Papanya. Ada kemungkinan besar bahwa Kara yang menangkap dan menyebarkan foto ini.

Hendak mencari-cari nomor Kara tapi niatnya dia urungkan saat melihat pesan dari Romeo yang mengatakan dirinya baru sampai rumah. Ya, Romeo memang baru pulang dari rumah Vista. Baru saja dia bisa sedikit senang saat bersama Romeo, tapi kini dia kembali dibuat pusing oleh permasalahannya.

"Vista!!"

Vista terlonjak kaget, itu suara Kakaknya. Buru-buru dia membuka pintu karena Diego mengetuk-ngetuk pintunya dengan kasar.

"Kakak baru pul—"

Ucapan Vista terhenti ketika dua lembar foto terlempar ke wajahnya. Tangannya gemetar meraih foto yang tercampak di atas lantai. Pertama, fotonya dengan Naresh. Kedua, fotonya dengan Tio. Vista sudah tidak bisa berpikir hal lain selain satu pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

"K-Kakak dapat dari mana?"

"Sejak kapan lo jadi cewek murahan?!" Wajah Diego memerah, urat-urat di lehernya bahkan terlihat jelas.

"Vista bisa jel—"

Plak!

"Uang dari Mama kurang sampai lo jual diri kayak gini?"

Air mata lolos begitu saja dari kelopak matanya saat kalimat dari Diego mampu menghunus hatinya. Belum lagi rasa panas yang sekarang menjalar di pipinya. Untuk pertama kalinya, Diego menampar Vista.

"V-Vista nggak jual diri," bantah Vista.

Diego menatapnya dengan tatapan merendahkan. "Lo sadar nggak kalau lo udah kelewatan batas?!"

Brak!

"Jawab, brengsek!" Diego mendorong tubuh Vista hingga membentur keras pintu di belakangnya. "Lo nggak punya rasa kasihan sama Mama?!"

Diego menunjuk foto Nina yang terpajang di dekat sana. "Mama kerja keras sendirian buat kasih kehidupan yang layak buat kita!!" Benci mengakuinya, tapi jujur mata Diego sedikit buram sebab air matanya. "Lo nggak bisa hargain hal itu?"

"Nggak ada yang minta lo buat aneh-aneh, cukup belajar yang bener. Susah buat lo?!"

Vista menunduk dengan bahu yang sudah bergetar menahan isakannya, dia lemah sekali melihat Kakaknya seperti ini. Diego tampak benar-benar kecewa padanya.

"Kalau Mama tau, lo bis—"

"Apa yang Mama nggak tau?"

Diego dan Vista menoleh ke kiri, di sana berdiri Nina dan Darpa yang tampaknya baru pulang. Mati sudah, Vista tidak akan selamat.

"Itu apa?" Darpa merampas foto di tangan Vista. Cukup lama dia memandang foto tersebut sebelum tatapannya jatuh pada Vista.

"Bisa jelasin sesuatu?" Darpa mencengkeram kuat lengan Vista. "Jawab, Vista!!"

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang