Achio, Desmon, Oza, dan Kara saat ini berada di dalam apartemen, keempatnya kompak untuk bolos sekolah lagi. Hanya Achio yang awalnya tidak ingin masuk sekolah, tapi tiga temannya ikut-ikutan padahal ketiganya sudah memakai seragam lengkap.
"Ada telepon masuk, tuh!" ucap Kara saat tidak sengaja melirik ponsel Achio yang diletakkan di atas meja.
"Mama?" gumam Achio pelan sambil meraih ponselnya. Sebelum mengangkat panggilan itu, Achio masuk ke dalam kamar untuk menjauhi teman-temannya.
"Pagi sayang."
Achio tersenyum tipis mendengar nada ceria dari seberang sana. "Pagi, Ma. Kabar Mama gimana?"
"Baik, kalau kamu sama Papa gimana?"
Achio tidak menjawab membuat Gretha juga ikut diam. Tidak berselang lama, Gretha kembali membuka pembicaraan untuk tidak membuang-buang waktu berharganya. Ada banyak pekerjaan yang harus cepat dia selesaikan jika ingin pulang cepat dan bertemu anaknya.
"Sayang, Mama boleh tanya sesuatu?"
Dahi Achio mengernyit bingung, biasanya wanita itu akan langsung bertanya tanpa meminta izin.
"Kamu nggak sibuk? Ini lagi jam kosong atau jangan-jangan kamu bolos?" tanya Gretha setelah sadar harusnya saat ini jam pembelajaran di sekolah masih berlangsung.
"Achio bolos."
Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana. "Jangan sering-sering, Achio. Sekolah bukan buat mainan, kamu harus mulai lebih serius."
"Iya. Tadi Mama mau tanya apa?"
"Hm ... kabar Papa baik, 'kan?"
Laki-laki yang mengenakan pakaian rumah itu melempar tubuhnya ke atas ranjang. Matanya terpejam selama beberapa saat. Achio bingung sekali, haruskah dia menceritakan semuanya atau tetap bungkam?
"Achio? Are you okay?"
"Papa sehat kok, Ma."
"Syukur, deh." Nada suara Gretha tiba-tiba kembali ceria seperti sebelumnya.
"Kenapa Mama nggak telepon Papa buat nanya kabarnya?"
Selama beberapa saat Mamanya tidak menjawab, Achio hanya bisa mendengar suara kertas yang dibolak-balik dan suara keyboard komputer.
"Mama sibuk?"
"Maaf, sayang. Mama lagi usaha supaya semuanya cepet selesai."
Berusaha mengerti kondisi Mamanya, Achio berpikir untuk mengakhiri panggilan. "Kalau gitu Achio tutup, ya?"
"Jangan!" Gretha melarang dengan suara cukup keras. "Sebenarnya ada satu hal yang pengen Mama tanyain lagi."
Achio bangun kemudian duduk di atas ranjang, dia curiga kalau Mamanya akan menanyakan perihal Papa lagi. Dari nada bicara wanita itu yang menjadi lebih serius, kecurigaan Achio semakin meningkat.
"Papa nggak ada nunjukin gelagat aneh?"
"Maksudnya gimana, Ma?" Achio menahan napas selama beberapa detik.
Gretha menarik napasnya. "Emang bener Papa lagi deket sama seseorang di sana?"
Jantung Achio berdegup cepat. Matanya tidak berkedip selama beberapa saat, darimana Mamanya bisa tahu hal ini? Sekarang tindakan apa yang harus dia ambil? Mengatakan yang sejujurnya atau justru ikut menyembunyikannya?
Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya, Achio pusing sekali. Kalau dia mengatakan hal yang sejujurnya, dia takut Mamanya akan sedih di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Novela Juvenil"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...