"Boleh makan gorengan nggak?" Setelah menatap stand milik Mbok Jum, Vista menatap Achio dengan penuh permohonan.
Jam istirahat pertama berbunyi sekitar lima menit yang lalu dan keberadaan Vista disini sebab paksaan dari Achio.
Achio menoleh ke belakang, tepat pada stand Mbok Jum yang menyediakan aneka gorengan. Melihat betapa ramainya orang-orang di sana, Achio menggeleng.
"Gorengan nggak sehat. Yang lain aja, ya?" Achio mencoba bernegosiasi.
Bahu Vista melemas, matanya melirik Kara yang lahap menyantap mie rebus dengan tambahan telur dan cabai rawit yang banyak. "Mie kayak Kara boleh, 'kan?"
Pandangan Achio kini mengarah pada mangkuk berukuran sedang di hadapan Kara. "Nggak, yang lain aja."
Oza tidak bisa menahan tawanya saat menatap wajah cemberut Vista. Dari tadi sepertinya tidak ada makanan yang bisa ia makan karena Achio selalu melarangnya.
"Kalau gue nggak boleh makan, ngapain dipaksa ke kantin?" Vista mendengus, dia mulai menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.
Duduk tegak dan menatap lalu lalang siswa/siswi yang membawa makanan hanya akan menyiksa Vista.
Desmon yang sibuk menghabiskan seblak sambil memainkan ponsel sesekali melirik ke arah Vista. "Seblak aja."
Achio menatap ke arah Desmon, mengisyaratkan agar dia diam. Achio tidak akan memperbolehkan Vista makan seblak, melihat makanan itu sepertinya kurang bagus untuk kesehatan Vista saat ini.
Melirik Vista yang masih menyembunyikan wajahnya, Achio menghela napas. Bukan tanpa alasan dia melarang, ini dia lakukan untuk kesehatan gadis itu.
Achio tidak sempat bertanya banyak pada Dokter mengenai makanan apa saja yang harus benar-benar dihindari oleh Vista, mungkin saat kemoterapi nanti Achio akan bertanya lagi.
"Nasi goreng mau?" tawar Achio.
Vista menegakkan tubuhnya dengan cepat. "Boleh?"
Achio mengangguk pelan. "Minumnya jus atau air mineral aja, ya?"
Tidak membantah sedikit pun, Vista mengangguk penuh semangat. Dia menatap Oza yang sedang sibuk dengan bakso bakarnya. "Pesenin gue nasi goreng!"
Oza tersedak, dia hampir mendelik menatap Vista jika saja Achio tidak memberinya tatapan penuh ancaman. "Gue lagi, gue lagi," gerutu Oza. "Punya kaki nggak berguna banget, besok gue bikin buntung baru tau rasa."
Vista tertawa kecil. "Psikopat!!"
Saat Oza bangkit, Achio menarik seragamnya. "Minta sama Mbak Atih sayurnya dibanyakin."
Oza mengangguk mengerti. "Jus apa?" tanyanya pada Vista.
"Alpukat. Nggak usah pake susu atau gula, airnya dikit aja."
"Nasi goreng sayurnya yang banyak, jus alpukat nggak pake susu, gula, terus airnya dikit." Melangkah menjauh, Oza terus bergumam agar tidak salah pesanan.
"Lo nggak makan?" Vista menatap Achio yang duduk di depannya.
Achio menggeleng. "Nggak laper."
Tidak berapa lama, Oza datang dengan satu porsi nasi goreng dan jus alpukat yang dia rasa sesuai dengan pesanan.
"Gila, beli nasi goreng aja kayak ngantri sembako." Dia duduk di sebelah Vista dengan napas tersengal. Demi Vista, dia rela berdesakan agar cepat mendapat pesanannya.
Kara melirik nasi goreng Vista yang benar-benar berisi banyak sayuran. "Itu nasi goreng atau sayur goreng," cibirnya melihat tampilan makanan itu.
Vista melengkungkan bibirnya ke bawah, sedih sekali menatap penampakan makanannya. "Lo pesennya gimana, sih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Novela Juvenil"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...