64. Menyusul

7.1K 469 201
                                    

Tiga pasang mata menatap sendu seorang gadis dari balik pintu kaca yang membatasi mereka agar tidak berdekatan dengan Vista. Sudah tiga bulan Vista berada di Singapura, artinya sudah selama itu juga Vista dipaksa menerima fakta bahwa cintanya benar-benar telah pergi.

Seperti yang bisa diamati dari luar ruang isolasinya agar penyakit lain tidak bisa masuk ke tubuhnya, gadis itu tampak termenung menatap robekan majalah tahunan sekolah yang dia dapat dari Kara.

Tisam SMA Satu Bangsa.

Dari    : K
Untuk : Yang matanya sipit di kelas XI IPA 3
Pesan : Peka, woi!

Dari    : Cleaning Service Legend
Untuk : Siswa/Siswi tercinta
Pesan : Sehabis buang air kecil, ingat nyiram toilet. Tolong bantu meringankan beban penciuman saya!

Dari    : Gue
Untuk : Manusia setinggi tiang di X IPS 5
Pesan : Lupain Siska, tu orang mukanya kayak badak liar

Dari    : Nita sad girl Depok
Untuk : Fito
Pesan : Tega banget lo nyelingkuhin gue, gue sumpahin besok lo hidup selamanya sama gue!

Dari    : Ketos
Untuk : Seluruh Siswi SMA Satu Bangsa
Pesan : Ayo bucinin gue! Masa nggak ada yang tergila-gila sama gue?

Mengabaikan titipan salam dari siswa/siswi yang tersusun rapi di salah satu halaman majalah tahunan itu, mata Vista hanya tertuju pada salah satu baris yang jika dia baca ulang akan selalu mampu meremukkan perasaannya.

Dari    : Sachio
Untuk : Theanna
Pesan : I love you

"Gue kangen, Achio," lirih Vista tidak mampu menahan tangisnya lagi.

Hampir setiap hari gadis itu habiskan untuk menangis, memohon pada Tuhan bahwa semua kekecewaan yang dia rasa adalah sebuah mimpi.

Nyatanya, selama tiga bulan lamanya Vista juga tidak terbangun dalam sesuatu yang dia kira mimpi. Itu artinya laki-laki yang begitu dia cintai benar-benar sudah meninggalkannya.

Menyisakan Vista dengan sisksaan rindu yang tak berujung. Dia sudah mencoba untuk berdamai dengan keadaan, tapi tidak semudah yang dikatakan.

Tisam singkat dari Achio bahkan sempat menghebohkan sekolah dan orang-orang di luar SMA Satu Bangsa. Banyak yang prihatin pada Vista, hal ini lah yang paling dia benci walau dia mengakui bahwa dirinya benar-benar menyedihkan.

Memeluk tubuhnya sendiri, gadis yang sudah tidak memiliki rambut ditambah warna kulit pucat pasi itu menangis lagi. "Setidaknya dateng di mimpi gue," pinta Vista lemah.

"Peluk gue kayak yang biasa lo lakuin, gue mohon."

Tidak ada suara Achio lagi, tidak ada wangi laki-laki itu yang bisa dia cium, tidak ada senyum yang bisa membuat wajahnya merona, juga tidak ada sebuah apel merah yang akan dia lihat setiap matanya terbuka.

"Lo jahat...." Vista menahan isakannya sendiri. "Setelah lo bikin gue terbiasa sama kehadiran lo, sekarang lo pergi seolah sengaja nyiksa gue."

Meremas dadanya sendiri yang sesak, Vista berusaha mengatur napasnya dengan baik. "Mana janji-janji yang pernah gue percaya?" Vista bermonolog, menyampaikan perasaan yang kian hari rasanya kian teriris, perih.

Dari balik pintu kaca, ketiga orang yang memperhatikannya tersenyum getir melihat bagaimana hancurnya gadis itu.

"Ma?" Diego menyentuh pundak wanita paruh baya di sebelahnya. "Diego takut Vista n—"

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang