"Pagi, cantik."
Membuka helm yang melindungi kepalanya, senyum yang semula melengkung sempurna tiba-tiba memudar dari bibir Romeo.
"Vista?!" Dengan sekali gerakan dia turun dari motornya dan memegang kedua bahu Vista. "Siapa yang mukulin lo?"
Vista meringis dalam hati, dia sudah berusaha menyembunyikan wajahnya tapi ternyata tidak mudah. Nyatanya luka sobekan di ujung bibirnya dan memar di pelipisnya yang pertama kali mencuri perhatian Romeo.
"Siapa yang mukulin lo?!" Romeo mengulang pertanyaannya.
"Bukan siapa-siapa," jawab Vista sembari menepis tangan Romeo karena hendak menyingkirkan rambut yang Vista gunakan untuk menutupi sebagian wajahnya.
Romeo menghela napasnya, dengan sedikit memaksa dia menarik dagu Vista agar wajah gadis itu mengarah padanya. "Siapa yang mukulin lo?!" Untuk yang ketiga kali dia bertanya dengan penekanan di setiap katanya.
"Lo nggak perlu tau!"
Kelopak matanya tidak berkedip, Vista terpaku menatap Romeo. Gadis itu bisa menangkap raut khawatir dari Romeo, bahkan sekarang tangan laki-laki itu menyentuh sudut bibirnya. "Sakit?"
"Lumayan," jawab Vista sambil mengangguk pelan.
"Udah diobatin belum?" Tatapan Romeo yang semula jatuh pada bibir gadis itu teralih pada mata Vista. "Ini 'kan yang bikin lo nangis?"
"Kenapa nggak bilang sama gue?" Romeo menghela napasnya. "Tau gitu kemarin gue samperin."
Vista mengalihkan pandangannya. "Jangan bahas itu, gue nggak kenapa-kenapa."
Sekarang Romeo menatap tubuh Vista dari atas sampai bawah. "Tumben pakai ini," ucap Romeo sembari menarik ujung cardigan yang digunakan gadis itu.
"Pengen, baru beli soalnya." Vista tertawa canggung, nyatanya dia sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. "Ayo, berangkat! Gue nggak mau telat lagi."
Vista menggamit tangan Romeo, sedikit menyeretnya ke arah motor laki-laki itu yang terparkir di pinggir jalan.
"Lo pucat, gue anterin balik ke rumah, ya?"
"Nggak usah, gue nggak sakit." Bibir yang biasanya berwarna semerah buah jambu sekarang pucat pasi dan cukup sekali untuk menjelaskan kesehatan gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
Romeo menangkup pipi Vista, tatapannya meneduh. "Gue nggak bodoh buat lihat perubahan, akhir-akhir ini kondisi tubuh lo kelihatan kurang sehat."
"Gimana kalau kita ke rumah sakit buat cek kesehatan?" Romeo panik sendiri, dia menarik tangan Vista tapi gadis itu menahan diri untuk tetap diam di posisinya.
Vista menahan senyum saat melihat Romeo yang tampak kesal, dengan jahil dia mencolek dagu laki-laki itu. "Jadi ceritanya lo merhatiin gue?"
"Vista!" Romeo menggeram kesal. "Kalau nggak mau ke rumah sakit, kita pulang aja gimana?"
"Lo mau bikin gue seneng nggak?" Vista sedikit mendongak untuk menatap wajah Romeo.
Romeo mengangguk mantap.
"Kalau gitu, biarin gue sekolah."
Melihat tubuh Vista yang terlihat semakin kurus, wajah yang biasanya berseri menjadi kian pucat setiap harinya. Mengamati hal itu, Romeo cukup ragu untuk mengiyakan permintaan Vista. Tapi melihat tatapan permohonan dari Vista membuatnya mengalah kemudian mengangguk pelan.
Sekeras apa pun Vista berusaha menyembunyikan, Romeo adalah laki-laki yang bisa dikatakan cukup peka. Dia tahu kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh Vista, tapi untuk menghargai gadis itu maka Romeo memilih diam dan menunggu Vista siap bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Подростковая литература"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...