Tadinya Achio berniat untuk menginap di rumah Desmon, tapi tiba-tiba Mamanya mengatakan bahwa dia sudah sampai di rumah. Achio tentu merasa senang sekali, ini sehari lebih awal dari yang Mamanya janjikan.
Memarkirkan motornya asal, Achio melompat turun dan berjalan tergesa-gesa ke arah pintu utama.
Prang!
Pintu itu baru terbuka setengahnya dan langkah Achio terhenti saat mendengar keributan yang terjadi di dalam sana.
"Aku mau kita cerai!!" Suara Gretha menggema kencang dari dalam sana. Dikatakan dengan lantang dan penuh keyakinan dalam kalimatnya.
"Baik!" Naresh menjawab dengan cepat. "Secepatnya saya akan urus mengenai perceraian kita!"
Menutup pintu dengan pelan, Achio mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah. Bukan ini yang dia inginkan! Bukan begini akhir yang dia pikirkan!
Vista, gadis itu pasti ingin balas dendam sebab fotonya tersebar pagi tadi. Kembali Achio naik ke atas motornya, dia harus segera bertemu dengan gadis itu.
Tidak butuh waktu lama, Achio sampai di belakang rumah gadis itu. Menaiki satu persatu anak tangga kemudian mengintip keadaan dari luar jendela yang terbuka.
"Sekarang lo puas?"
Vista yang tadi menenggelamkan wajahnya pada lutut yang tertekuk mendongak, menatap kehadiran Achio membuatnya sedikit waspada.
"Mau apa lagi?"
Achio berjalan mendekat, menarik Vista hingga gadis itu berdiri sempurna di depannya. "Bokap sama nyokap gue mau cerai! Sekarang lo puas?"
Vista menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue nggak ngapa-ngapain, jangan mikir macem-macem!!"
"Lo mau bales dendam gara-gara masalah pagi tadi, 'kan?"
"Nggak!" sentak Vista. "Gue nggak ngelakuin apa pun!"
Melihat sorot tajam yang semakin menggelap diikuti dengan sebilah belati yang dikeluarkan dari balik tubuhnya membuat Vista menatap takut-takut pada Achio.
"Jangan lakuin hal bodoh!" teriak Vista.
Achio berjalan mendekat saat Vista memundurkan langkahnya. "Bukannya kemarin-kemarin lo pasrah?"
"Sekarang nggak lagi!" bentak Vista.
Nina membuat semangat hidupnya tumbuh kembali. Setidaknya hanya sampai dia mencapai keinginan terakhirnya, dia ingin memanfaatkan sisa hidupnya untuk membanggakan Nina.
"Gue mohon, jangan bunuh gue," lirih Vista pelan. "Gue belum lakuin sesuatu berharga buat Mama."
Menatap keadaan dan permohonan gadis itu, entah kenapa Achio menjatuhkan belati di tangannya. Sial, dia tidak bisa melakukan ini pada gadis itu. Dia tidak mengerti alasannya kenapa, yang pasti ada sesuatu hingga membuatnya ragu.
Sesuatu seperti keinginan melihat gadis itu lebih lama lagi.
Vista bernapas lega melihat apa yang dilakukan oleh Achio, kali ini dia selamat lagi. Mengesampingkan ketenangannya, hatinya sesak melihat raut frustasi dari laki-laki.
Dia pernah ada di posisi Achio, pernah merasakan sakitnya ketika menerima fakta bahwa orang tua harus bercerai. Bedanya, Achio merasakan hal ini untuk yang kedua kali.
"Nyokap lo udah di rumah?"
Achio menatapnya penuh kebencian. "Kalau bukan dari lo, darimana nyokap gue tau kalau bokap gue selingkuh sama lo?!"
"Jadi lo belum tau sesuatu?" Vista bertanya pelan. Dia kira saat Naresh dan Gretha bercerai, Achio akan tahu alasan yang sebenarnya.
"Soal apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...