"Ada yang retak, tapi bukan tulang."
"Mencekik jiwa jomblo gue."
Bobon dan Chris menatap wajah Romeo yang tampak mengeras kala menangkap pemandangan di depannya. Tepat di atas brankar sempit itu, dua remaja tampak terlelap dengan posisi yang saling memeluk.
Berjalan semakin dekat, dengan keras Romeo memukul lengan Achio yang masih terlelap. Beberapa pukulan itu membuat sang pemilik tubuh berdecak sebal.
Mata Achio terbuka, seketika tatapan tajam menghunus Romeo yang dengan berani mengganggunya.
"Bangun!" Romeo berucap setengah membentak.
Melirik gadisnya yang masih terlelap, perlahan Achio berusaha melepaskan lilitan tangan pada pinggangnya sebelum mengubah posisinya menjadi duduk.
"Turun!" Romeo memerintah tidak suka.
Tapi sebelum itu semua terjadi, Vista yang masih memejamkan mata menarik lengan laki-laki itu. "Achio ... jangan pergi."
Suara serak itu diikuti oleh pergerakan pada tubuh Vista. Menarik laki-laki itu hingga kembali berbaring sebelum kembali memeluk tubuh hangat Achio. Menenggelamkan wajahnya pada dada Achio, Vista menjadi kembali mengantuk saat Achio mengusap rambutnya.
"Ini jelas kalah telak," bisik Bobon pada Chris.
Menatap wajah Romeo yang semakin memerah, Achio tersenyum penuh kemenangan. Dia akan menunjukkan bahwa kehadiran Romeo bukan apa-apa untuk Vista.
"Ada yang dateng," bisik Achio pada Vista.
Sebenarnya enggan membangunkan gadis itu, tapi ketika matanya menangkap kehadiran Terra dan Jesen yang tampak canggung membuatnya berusaha memberi kesempatan untuk mereka semua berbicara.
"Vista," panggil Achio, tangan besarnya mengusap lembut pipi gadis itu agar membuka matanya. "Nggak kasihan sama mereka?"
Menggeliat pelan, Vista mendongak menatap wajah Achio. "Siapa?"
"Ada temen-temen lo."
Mata Vista yang semula tampak mengantuk menjadi membulat sempurna. Dia melirik orang-orang yang berdiri di balik tubuh Achio, jantung Vista rasanya berhenti berdetak saat itu juga.
Dia melepaskan pelukannya pada Achio, mendorong laki-laki itu hingga membuat Achio tertawa kecil.
"Kita nggak ngapa-ngapain!" Vista menjawab seolah baru saja menjadi korban pengrebekan. "Sumpah, gue sama Achio cuma...."
"Cuma?" Achio turun dari brankar, merapikan seragamnya yang kusut sebab tidur berdesakan dengan Vista.
"Cuma tidur ... sambil peluk."
Achio tersenyum jahil. "Itu aja? Yang ki—"
"Diem!" bentak Vista sambil membekap mulut Achio. Bisa-bisanya laki-laki ini berniat mempermalukan dirinya.
Bobon tergelak melihat kepanikan di wajah Vista. "Santai aja."
"Kita denger kalau lo sakit, makanya kita ke sini," ucap Chris menjawab kebingungan Vista.
Menatap wajah Romeo yang juga sedang menatapnya, Vista meneguk ludahnya. "Kenapa liatin gue kayak gitu?"
Tidak memberi jawaban apa pun, Romeo tiba-tiba memeluk tubuh Vista. Laki-laki itu menenggelamkan wajahnya pada pundak Vista. "Kenapa nggak pernah bilang sama gue?"
"Gue nggak mau ngerepotin siapa-siapa."
Menggeleng pelan, Romeo semakin mengeratkan pelukan tersebut. "Gue cuma mau jadi orang yang berguna di hidup lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...