Kara berjalan mendekati mobil milik Desmon yang terparkir tidak jauh dari sana. Baru masuk ke dalam, dia sudah diserbu pertanyaan oleh Oza dan Desmon.
"Tadi itu siapa?!"
Kara sebenarnya bukan kebetulan mendapati Vista hendak dilecehkan oleh Tio. Karena faktanya keempat laki-laki itu, Kara, Oza, Desmon, dan Achio sudah memperhatikan gerak-gerik Vista sedari gadis itu berdiri di depan gerbang. Jiwa mereka memang jiwa penguntit.
Bukan apa-apa, Achio hanya ingin melihat keseriusan Vista dalam menjauhi Papanya. Karena keinginannya mengawasi Vista, dia justru mendapati Papanya datang lagi untuk menemui Vista. Achio tidak yakin banyak hal karena dia tidak bisa mendengar pembicaraan mereka, tapi melihat Vista menolak ajakan pergi oleh Naresh cukup membuatnya dua persen lebih percaya pada Vista.
"Cepet cerita, beruk!" Oza memukul lengan Kara dengan cukup kencang.
Desmon yang duduk di depan bahkan sampai memutar tubuhnya agar bisa dengan jelas menatap Kara. "Laki-laki yang mau lecehin Vista itu siapa?"
"Pengganti Om Naresh, 'kan?" tebak Oza sangat yakin.
"Romeo bener-bener bikin gue emosi, dia ngerendahin gue!"
Desmon, Oza, dan Achio mengernyit heran. Kara itu sejatinya orang gila. Ditanya apa, menjawab apa, benar-benar tidak nyambung. Entah kenapa pula mereka bisa tahan berteman dengannya.
"Gue nggak tanya itu, bodoh!" Oza meremas lengan Kara karena gemas.
Kara mengacak-acak rambutnya, suasana hatinya sedang tidak bagus sebab Romeo. "Terus yang mana?!"
Achio menghela napasnya, dia berusaha sabar demi sebuah informasi. "Lo tinggal ceritain dari awal sampai akhir, yang runtut biar otak kosong lo nggak kebingungan."
Mata Kara mendelik. "Lo lagi menghina?!"
"Oke ... gue nggak perlu cerita." Kara melipat tangannya di depan dada. Tidak sampai situ saja, dia yang duduk di belakang dengan Oza sedikit menjauh untuk memberi jarak kemudian memalingkan wajahnya keluar kaca.
Desmon bergidik jijik. "Banci!"
"Apa?! Lo nggak lihat gimana kerennya gue waktu mukulin bapaknya Vista?!"
"Bapak?!" Ketiganya kompak mengulang kata itu.
Oza menggaruk lengannya sendiri. "Jadi tadi itu bokapnya Vista?"
"Dan mau lecehin anaknya sendiri?" Desmon bertanya agak kaget karena tidak habis pikir dengan pikiran laki-laki tua itu.
Kara mengangguk mantap. "Iya, udah tua juga. Harusnya 'kan kita-kita aja yang muda."
"Goblok!"
"Akh!" Kara memekik saat Oza memukul wajahnya cukup keras, tepat mengenai lebam dari hasil pertengkarannya dengan Tio tadi.
"Kenapa bisa?"
Kara mengedikkan bahunya saat mendengar pertanyaan dari Achio. Awalnya mereka memang mengira bahwa itu laki-laki simpanan Vista yang baru, tapi saat melihat kelakuan kurang ajar dan pemberontakan Vista membuat Kara tergerak untuk menolongnya.
Tidak. Lebih tepatnya Kara turun sebab perintah dari Achio.
Achio sendiri melamun, Achio memang tidak tahu rupa anggota keluarga Vista walau informasi yang dia ketahui tentang kehidupan Vista cukup dia kantongi.
"Achio!" Kara memukul lengan Achio kemudian tersenyum jahil. "Kenapa bukan lo yang nolongin Vista?"
"Lo buta buat lihat hasil digebukin bokapnya? Mungkin Achio trauma," celetuk Oza sok tahu, dia bahkan sampai menatap penuh prihatin pada temannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Teen Fiction"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...