"Kusut banget, ini bukan Achio yang gue kenal."
"Mau disetrika biar nggak kusut?"
Achio diam saja, dia terlalu malas meladeni ocehan teman-temannya. Memilih sibuk dengan gulungan tembakau yang terselip dalam jarinya. Hampir satu bungkus rokok yang Achio habiskan saat ini, tidak terlalu banyak saat pikirannya sedang kacau.
"Lo mau mati lebih cepet?" tanya Desmon lalu meraih bungkus rokok di dekat Achio.
"Siniin!"
"Gue minta," jawab Desmon yang sebenarnya berusaha menjauhkan rokok itu dari Achio. "Sisa satu, jadi nggak ada jatah lagi buat lo."
Achio merogoh saku celananya, mengeluarkan dompet lalu melemparkan beberapa lembar uang pada Desmon. "Beli lagi."
Oza menganga ditempatnya. "Lo bener-bener udah nggak waras."
"Cewek itu kesenengan kalau lihat lo kayak gini. Dia pasti merasa menang ngelawan lo." Kara berucap setelah menutup laptopnya, dia baru saja menyelesaikan tugas tambahan karena pagi tadi lupa menyontek tugas temannya.
"Dia nggak akan menang."
Tiga orang yang mendengarnya bertepuk tangan diiringi sorakan saat mendengar nada bersungguh-sungguh dari ucapan Achio.
"Sebelum pusing-pusing lagi, mau party nggak?" Oza menaik-turunkan alisnya.
"Mumpung lagi di sini, udah lama kita nggak seneng-seneng," tambah Kara.
Oza dan Kara menatap Desmon, mencoba memberi kode agar laki-laki itu juga menyetujui. "Apa?" tanya Desmon yang tidak peka.
"Party enak, 'kan?" Oza tersenyum lebar dengan tatapan memohon agar Desmon mengiyakan pertanyaannya.
"Biasa aja," jawab Desmon cuek.
Oza dan Kara kompak mendesah kecewa, bahu mereka merosot turun seolah kehilangan harapan. Tapi hanya beberapa detik sebelum ucapan Achio membuat mereka kembali bersemangat.
"Gue yang bayar semuanya, malam ini juga kalau lo berdua mau bantu gue."
"Bantu apa?" tanya Oza dan Kara bersamaan dengan nada yang sama-sama antusias.
"Gue tau rahasianya, tapi ternyata nggak cukup."
Kara menatap Oza, keduanya sama-sama bingung. "Maksudnya?"
"Gue perlu yang lain."
"Apanya?" Oza bertanya karena jawaban Achio yang sebelumnya masih abu-abu di kepalanya.
"Dia hancurin gue lewat keluarga, dia juga harus rasain hal yang sama."
Tidak hanya Oza dan Kara, Desmon juga bingung mendengar ucapan Achio. Nanti juga mereka tahu, Achio tidak perlu menjelaskan lagi.
Jika berbicara dengan baik-baik gadis itu tolak secara langsung, Achio akan membuatnya lebih menderita dari sebelumnya.
***
"Bi, ada siapa aja di rumah?"
Achio masuk ke dalam rumah, sebenarnya dia enggan kembali ke sini. Tapi seingatnya hari ini Mamanya akan pulang, maka dari itu ia harus bersandiwara bahwa semuanya sedang baik-baik saja. Ini semua demi perasaan Mamanya, tidak akan Achio biarkan hancur lagi.
"Mama dimana?" tanya Achio pada Bi Indah yang tergopoh-gopoh menghampirinya.
Bi Indah mengusap-usap lengannya sendiri. "Nyonya batal pulang, tadi mengabari lewat telepon rumah."
Achio berdecak sebal. "Kenapa nggak telepon aku?"
Bi Indah menggeleng pelan. "Bibi kurang tau, mungkin belum sempat karena sibuk."
![](https://img.wattpad.com/cover/271238016-288-k7059.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Dla nastolatków"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...