Prang!!
Piring yang berisi seporsi batagor pecah berkeping-keping. Sempat menyenggol punggung seorang laki-laki sebelum menghantam lantai dengan kerasnya.
Tangan Achio terkepal kuat. Dia berbalik, mata tajamnya menangkap laki-laki berpenampilan culun yang tadi menabraknya.
"M-maaf, Kak." Dari tubuhnya yang sudah gemetar, semua orang juga paham bahwa dia sedang ketakutan.
"Bisa hati-hati nggak?!" Bentakan Achio menggema di dalam kantin, hal ini tentu menyita perhatian semuanya.
Mereka menahan napas saat melihat bagaimana marahnya Achio. Beberapa orang bahkan berani bertaruh, laki-laki culun itu tidak akan selamat hari ini.
"S-saya tadi kesandung, maaf."
Sedetik setelah dia berhasil menyelesaikan ucapannya, laki-laki itu menjerit karena Achio menarik kerah seragamnya. Menatap Achio saja dia tidak berani, apalagi melakukan hal lain yang berbau pertengkaran.
"Maaf, Kak. Nanti seragam olahraganya saya yang cuci." Ken, laki-laki berpenampilan khas dengan kacamata bulatnya memelas berharap mendapat belas kasihan.
Brak!
Tubuh Ken menubruk meja di belakangnya. Paham dengan situasi yang tampak mendukungnya, segera saja Ken berlari ke pojok kantin. Menyambar alat kebersihan untuk membersikan pecahan piring dan batagornya.
Achio berjalan ke arah meja yang diisi teman-temannya. Duduk di salah satu kursi, tangannya memutar tutup botol air mineral sebelum meneguknya sampai habis.
"Tumben lo lepasin." Desmon berkomentar setelah menelan bakmi gorengnya.
Oza menegak minuman bersoda sambil menatap gerak-gerik Achio. "Ada masalah?"
Achio tidak menjawab, dia malas sekali untuk berbicara. Mengenai masalah, jelas saja ada beberapa masalah dalam hidupnya. Tapi untuk yang kali ini masih belum bisa Achio pahami, suasana hatinya mendadak tidak bagus tanpa alasan yang jelas.
Kara sendiri sibuk pada ponselnya, dia tampak tidak peduli pada Achio. "Gue udah dapet nomornya Vista, sekarang kita lagi chatting."
"Cepet banget, dapet darimana?" tanya Oza penuh selidik.
Laki-laki itu meletakkan ponselnya di atas meja, dia mengulas senyum miring pada Achio yang menatapnya. "Ada lah, rahasia."
Tatapan Achio kini jatuh pada ponsel Kara yang menyala. Dia bisa melihat telepon masuk dari Vista, bahkan sekarang dia bisa mendengar suara gadis itu yang mengomel pada Kara karena terus mengganggunya.
"Jangan ganggu gue, orang gila!" Oza mengejek Kara dengan cara meniru ucapan Vista beberapa detik yang lalu sebelum panggilan diputuskan begitu saja.
Desmon mendorong kepala Kara. "Pihak sana kayaknya risih."
Kara melempar ponselnya ke atas meja. "Anjing, gue di block."
Desmon dan Oza tergelak, bahkan sampai tersedak makanan masing-masing. Miris sekali, nasib Kara terlalu buruk.
"Awas!!"
Byurr!!
Mata Kara, Oza, dan Desmon tiba-tiba melotot. Yang tadi tertawa seketika diam, yang tadi santai menikmati waktu istirahat seketika menegang ditempatnya. Ken, laki-laki culun dan ceroboh yang beberapa menit lalu dibebaskan oleh Achio kembali mencari masalah.
Achio berdiri, celana olahraga yang masih dia kenakan basah karena segelas teh hangat. Tatapannya memancarkan kebencian pada Ken yang tersungkur di dekatnya. Laki-laki sialan ini sudah dua kali mencari gara-gara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vistachio
Подростковая литература"Jauhin bokap gue!" "Maksudnya?" Vista memasang tampang polos, memuakkan. Achio menarik kerah seragam Vista, membuat kaki gadis itu sedikit berjinjit. "Gue benci manusia sok polos kayak lo!" desisnya tajam. Menjadi simpanan suami orang itu salah, ta...