04. Bullying

5.7K 495 852
                                    

Vista sudah memikirkan segalanya sebelum bertindak. Dia sudah siap dengan segala konsekuensi karena telah melawan Achio. Seperti pagi ini, Vista berusaha tenang setelah melihat sampah nasi bungkus beserta isinya yang berserakan di atas mejanya.

Dengan perasaan setengah gondok dia meraih kasar sebuah kantong plastik yang diberikan Jesen kemudian membersihkan sampah menjijikkan itu.

"Lo sebenarnya ada masalah apa sama Achio?" tanya Orly penasaran.

Terra yang berdiri agak jauh dari bangku Vista mendengus kesal. "Cepet, bau tau!"

"Jorok banget," lanjutnya.

"Bantuin kalau mau cepet!" ketus Vista.

Terra mendelik. "Bantuin? Bukan urusan gue," jawabnya tak peduli.

Orly menatap Terra dengan tampang polosnya. "Lo nggak boleh gitu sama temen!"

"Temen sih temen, tapi gue ogah keseret masalah."

Jesen, Orly, dan Terra berteman baik sebelum Vista datang kesini. Setelah Vista datang, otomatis mereka juga sedikit dekat. Tapi memang sifat Terra begitu, gadis itu cenderung blak-blakkan mengatakan ketidaksukaannya dan susah didekati orang baru. Jangankan pada Vista, pada Jesen dan Orly saja masih sering ketus.

"Terra jahat," ucap Orly pelan.

Terra merogoh saku seragamnya untuk mengambil sebuah cermin kecil. "Yang jahat 'kan gue, emang ngerugiin hidup lo?"

Orly menghela napasnya menatap Terra yang sekarang sibuk dengan cermin kecilnya untuk memperbaiki penampilan wajah.

"Udah! Gue bersihin sendiri." Vista mengelap bangkunya dengan tissue sebelum membawa kantong plastik itu keluar.

Bruk!

Rasanya Vista ingin berteriak. Jujur saja suasana hatinya sudah kacau ketika melihat sampah itu, ditambah dengan perdebatan kecil dengan Terra, dan sekarang siapa yang berani-beraninya menabrak tubuhnya? Dia mendongak menatap siapa yang menabraknya dan matanya seketika membola.

"Gue udah kasih peringatan sebelumnya."

"Ini ulah lo, 'kan?" tanya Vista tajam. Berdiri di depan Achio kemudian mengangkat dagu tinggi-tinggi seolah dia tidak takut.

"Ini yang lo mau."

Matanya kembali terbelalak saat Achio mengacak-acak sampah yang sudah dia kumpulkan tadi, dengan kakinya dia menginjak-injak sampah itu. Mengoyak kantong plastik dengan mudah hingga isinya kembali berceceran keluar.

"Jauhin kaki lo!" Vista berucap sembari berjongkok, memungut kembali sampahnya sebelum teman-teman kelasnya demo pada dirinya.

"Akh!"

"Di sini boleh?" tanya Achio dengan nada menyebalkan.

"Sakit," ucap Vista jujur karena sekarang Achio menginjak tangannya.

"Gue suka liat lo kesakitan." Tanpa rasa bersalah dia semakin menginjak tangan Vista, tidak peduli jika punggung tangan itu terluka sebab sepatunya.

Vista mendongak, mendapati Achio tersenyum licik membuatnya muak. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menahan rasa sakit saat Achio mulai menggerak-gerakkan pijakannya.

"Lepas!" Satu tangannya yang lolos memukul-mukul pergelangan kaki Achio tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. "Sakit, bego!"

Mata Vista berkaca-kaca, menatap sekelilingnya yang seolah tega membiarkannya kesakitan. Tidak ada yang berusaha menolongnya. Sebenarnya mereka kasihan, tapi jelas tidak bodoh ingin menukar posisi dengan Vista.

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang