25. Foto Pertama

3.8K 412 191
                                    

Hari ini waktu berjalan begitu lambat bagi Vista. Sedari tadi matanya terpaku menatap Jesen, Orly, dan Terra yang kentara sekali tampak menjauhinya, terutama Jesen. Terbukti walau Jesen duduk di sebelahnya, tapi laki-laki itu tidak berbicara atau sekedar meliriknya. Semua sosial media miliknya juga sepertinya di block oleh mereka hingga membuat Vista tidak bisa menghubungi mereka.

Vista menunduk menatap tangannya yang bertaut karena gelisah. Dia tidak bisa terus begini, Vista harus segera minta maaf pada Jesen dan memperbaiki kembali hubungannya dengan Orly. Untuk Terra, Vista tidak berharap banyak karena memang dari awal gadis itu tidak suka dengannya.

"Jes, gue minta maaf."

Tatapan Vista jatuh pada Jesen, laki-laki itu mengabaikannya. Tetap berbicara pada Terra dan Orly seolah Vista tidak ada di sana.

"Jes." Vista menyentuh lengan Jesen tapi tanpa diduga ditepis kasar oleh laki-laki itu.

"Kantin, yuk?" Jesen berdiri kemudian menarik Orly dan Terra.

Vista menghela napasnya. Hanya mereka teman dekatnya di sekolah ini, tanpa mereka mungkin Vista akan sangat kesulitan. Dijauhi begini cukup membuatnya frustasi karena Vista tidak mudah mencari teman lain untuknya berbagi cerita.

Setelah memikirkan matang-matang, akhirnya Vista bangkit dari duduknya. Dia memutuskan untuk menghampiri Jesen di kantin, sesegera mungkin Vista harus dimaafkan.

"Yang di mading itu beneran lo, 'kan?"

Baru selangkah keluar dari kelasnya Vista sudah dibuat mengernyit bingung ketika seorang siswi yang tidak dia kenali tiba-tiba menanyakan hal yang tidak dia pahami.

"Maksudnya?"

Seorang siswi lainnya melipat tangannya di depan dada. "Maksud dia, foto cewek lagi jalan sama Om-om yang ditempel di mading itu foto lo, 'kan?"

Tentu saja Vista tidak bisa berekspresi biasa saja, tidak dia duga bahwa pergerakan Achio secepat ini. Baru tadi pagi dia mendapat sebuah ancaman, dan hanya berselang beberapa jam mimpi buruknya benar-benar terjadi.

Tidak menjawab apa pun, Vista segera berlari ke arah papan majalah dinding yang terletak tidak jauh dari sana. Bisa Vista lihat bahwa banyak orang yang berkerumun di sana, bahkan untuk mencapai ke depan dia harus menelusup kerumunan tersebut.

"Siapa yang tempel ini?!" bentak Vista pada semua yang ada di sana. Buru-buru dia melepaskan beberapa foto dirinya dan Naresh yang tertempel di sana. Tapi sialnya hanya wajahnya saja yang terlihat, sedangkan Naresh tampak memunggungi kamera.

"Dateng juga orangnya."

"Mainannya sama Om, dibayar berapa?" sinis salah seorang dari belakang sana.

Gelak tawa memenuhi koridor tersebut, mereka semua mengatakan hal sesukanya tanpa memikirkan perasaan gadis itu.

"Gue kira polos, ternyata murahan." Kalimat ini lagi-lagi mengundang tawa dengan nada merendahkan dari siswa/siswi yang ada di sana.

Seorang siswi tiba-tiba menyentuh bahu Vista. "Itu duda atau ternyata suami orang?"

"Diem, lo semua nggak tau apa-apa!!" Vista membentak kencang tapi tidak bisa membuat siswa/siswi itu menurut, justru mereka semakin menjadi-jadi memaki Vista.

"Sampah, main kok sama suami orang."

"Rela jadi pelakor supaya dapat duit."

Sekarang bukan hanya memaki, beberapa orang mulai melemparinya dengan botol bekas minuman. Bulir-bulir keringat membasahi dahi Vista, dia panik menatap wajah-wajah orang yang tampak semakin gencar melampiaskan emosinya pada Vista.

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang