33. Amarah

3.8K 456 590
                                    

"Sekarang apa lagi, Vista?!" Diego membentak kencang. Dia masih tidak habis pikir kenapa adiknya bisa berubah seperti ini.

Darpa mengepalkan tangannya, jika saja Vista itu laki-laki mungkin dia sudah memukulnya. "Siapa cowok itu?"

Dibentak bahkan didesak berkali-kali tidak membuat Vista membuka mulutnya. Dia terus bungkam hingga membuat kedua Kakaknya semakin marah.

"Kenapa lo jadi rusak kayak gini?" Diego berjongkok di depan Vista yang duduk di atas sofa.

Mendengar nada lemah itu, Vista mendongak menatap wajah Diego. "Kalau Vista ngomong juga percuma, 'kan?"

Tatapan Vista kini teralih pada Darpa yang berdiri tak jauh dari sana. "Biasanya Vista ngomong juga nggak pernah ada yang gubris."

"Kita ped—"

"Bukan peduli, tapi malu." Dihadapkan dengan keluarganya, Vista selalu tidak bisa menahan air matanya.

"Kalau lo ngerti, kenapa masih suka bikin malu?!" Diego membentaknya. "Beberapa temen-temen gue udah tau dan gue diomongin!!"

"Besok-besok apa lagi yang mau lo lakuin?!"

Hati Vista sesak sekali, apa semua orang sudah tau mengenai hal ini? Sekarang bagaimana caranya menjalani hari-hari normalnya?

"Darpa, Diego!!" teriak Nina dari luar. "Kalian udah deng—"

Tubuh Nina mematung menatap ketiga anaknya, buru-buru dia melempar tas nya kemudian berjalan mendekati Vista yang menjadi akar permasalahan di kehidupannya.

"Kamu?!" Nina menarik lengan Vista. "Belum puas juga bikin keluarga kita malu?!"

Vista menunduk, percuma mengeluarkan suaranya.

"Lihat Mama!" bentak Nina. "Mama harus gimana lagi supaya kamu nggak berulah?!"

"Apa perlu Mama cium kaki kamu?"

Nina berjongkok tapi Diego dan Darpa segera menahan wanita itu.

"Mama nggak usah kayak gini!" Diego menatap wajah Nina kemudian memeluknya, membiarkan wanita itu menangis dalam dekapannya.

Walau Nina tidak pernah bersikap baik pada Vista, tapi dia tidak mengelak bahwa hatinya hancur sekali mendengar berita itu.

"Mama gagal lagi, Diego." Nina masih terisak dalam dekapan putranya. "Mama nggak pernah bisa jaga putri-putri Mama."

Mendengar isakan Mamanya, kaki Vista melemas. Sudah berapa banyak luka yang telah dia berikan pada wanita itu?

"Ma." Panggil Vista dengan suara bergetar. "Vista minta maaf."

"Mama capek, Vista." Nina menatapnya dengan wajah berlinang. "Setelah semua yang Mama korbankan, ini balasan yang harus Mama terima?"

"Apa lagi yang Mama nggak ketahui?" tanya Nina pelan. "Seberapa rusaknya diri kamu?"

"Susah payah Mama berusaha buat jaga kehormatan kamu, tapi kamu nggak mau menghargai hal itu!!"

Vista menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengelak semua pikiran buruk mengenainya. "Vista cuma dijebak."

Nina mengalihkan pandangannya. "Alasan klasik."

Vista tersenyum tipis, sekarang dia menghapus air matanya dengan kasar. Menatap bergantian wajah Nina, Darpa, dan Diego, Vista kini tertawa sumbang.

"See? Vista bicara jujur juga nggak ada yang percaya!"

"Foto-foto, video, hal-hal nggak pantes itu emang Vista lakuin!!" Vista menghapus air matanya yang sialnya lagi-lagi turun. "Itu 'kan yang kalian mau denger?"

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang