13. Foto

4.5K 421 507
                                    

Setelah melewati masa hukumannya, hari ini Vista kembali bersekolah karena sudah libur dua hari. Pagi ini dia terlihat lebih segar dari pagi kemarin, dengan lahap Vista menghabiskan dua piring nasi goreng karena terlalu lapar. Kebiasaan dari lama, Mamanya selalu tidak memberinya makan atau mengurangi jatah makannya jika sedang dihukum.

"Mama kapan pulang?" tanya Vista yang sebenarnya ingin basa-basi tapi diabaikan oleh Darpa dan Diego. Kemarin sore Nina memang pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari.

Vista meletakkan alat makannya, meneguk susunya sampai habis kemudian mengelap bibirnya dengan beberapa lembar tissue. "Kak Diego, gimana kuliahnya?"

Diego, laki-laki galak itu melirik sekilas pada Vista lalu kembali fokus pada sarapannya. "Nggak usah sok peduli!"

Vista menghela napasnya, tatapannya kini terarah pada Darpa. "Kalau Kak Darpa gimana?"

"Lancar."

Suasana di dalam ruang makan itu kembali hening. Vista meremas kedua sisi roknya untuk menyalurkan rasa kesal bercampur sesak dalam hatinya, bertahun-tahun lamanya selalu saja seperti ini.

Tatapan Vista kosong, apa sebaiknya dia keluar dari rumah ini? Mengenai bagaimana caranya bertahan hidup, sepertinya Vista harus memeras uang Om Naresh lebih banyak dari biasanya jika sewaktu-waktu tekadnya bulat untuk keluar dari rumah ini.

"Gue nanti pulang telat." Suara Diego memecah keheningan.

"Kenapa?" tanya Darpa pelan sambil meraih segelas air putih.

Vista mengamati interaksi kedua Kakaknya. Dia memilih diam saja daripada ikut berbicara.

"Adiknya Fay ulang tahun, rencananya mau gue ajak makan malam." Diego menjawab dengan santai. "Lo mau ikut?"

"Boleh."

Vista tersenyum penuh arti mendengar Diego mengajak Darpa, dia sudah percaya diri bahwa Diego juga akan mengajaknya. Ditunggu sampai dua menit kemudian, bibir Diego tetap mengatup.

"Vista boleh ikut?" tanyanya penuh harap.

"Gue nggak ngajak lo," ketus Diego.

Kepala Vista tertunduk, sakitnya tidak bisa dideskripsikan saat Kakak kandung sendiri lebih peduli dan lebih dekat dengan orang lain. Fay itu pacar Diego, dan tadi katanya adik Fay sedang berulang tahun hingga membuat Diego mau repot-repot mengajaknya makan malam.

Vista hanya bingung, bagaimana keluarganya bisa lebih dekat dengan orang lain tapi tidak bisa dekat dengan dirinya? Saat Vista berulang tahun, tidak ada yang mereka lakukan untuknya. Sekedar ucapan manis pun tidak dia dapatkan.

Kursi berderit karena di dorong ke belakang, Vista berdiri pelan-pelan. "Vista pamit ke sekolah."

Dengan tergesa-gesa dia berjalan ke arah pintu utama. Menarik kenop pintu dan tatapannya langsung tertuju pada kotak hitam di depan pintu. Tangannya segera meraih kotak itu dan berlari sejauh mungkin dari rumah. Perasaannya sudah tidak enak, terlebih saat melihat huruf di atas kotak itu.

"A." Vista curiga jika ini inisial dari nama Achio. Jika memang benar, jelas bukan pertanda baik untuknya. Untung saja dia yang menemukan kotak ini terlebih dahulu, jika Kakak-kakaknya bisa tamat riwayatnya.

Duduk di halte, tangannya buru-buru membuka kotak itu hingga sesuatu di dalamnya sukses membuat mata Vista membulat.

"I-ini gue?" tanyanya dengan suara serak, tenggorokannya tercekat. Tanpa sadar, matanya memburam sebab air mata yang menggenang. "Nggak! Gue nggak pernah ngelakuin ini!"

Vista merobek kecil-kecil foto yang memperlihatkan tubuhnya ditindih oleh seorang laki-laki yang tidak dia kenali. Vista tidak tahu pastinya, tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi, tapi dia yakin ini semua ulah Achio. Kamar yang menjadi latar dalam foto itu sangat dia kenali, itu kamar di dalam apartemen yang dijadikan tempat menjebaknya tempo hari oleh Achio.

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang