02. Bertemu Lagi

7.6K 630 1K
                                    

"Cewek sialan!"

Achio melempar kemeja putihnya yang kotor karena butter cream yang menghiasi birthday cake milik Vista. Dari pinggang ke atas sudah tidak memakai seragam sekolah, hanya menyisakan kaus hitam yang membalut tubuh tegapnya.

Saat ini mereka berempat berada di dalam gudang sekolah yang cukup bersih, tempat persembunyian mereka saat tidak ingin mengikuti kelas.

Oza tertawa kecil. "Kayaknya reputasi lo bentar lagi terancam, dia kelihatan nggak ada takut-takutnya sama lo."

Kara mengangguk-angguk saja sambil memasukkan kacang ke dalam mulutnya. "Bener, gue aja nggak berani nyambit lo."

"Lo semua bisa diem nggak?!" Achio membentak tertahan. Suasana hatinya sedang tidak baik dan mereka semua semakin memperkeruh.

Oza dan Kara tergelak lagi, entah apa yang lucu tapi mereka senang melihat wajah kesal Achio. Jika saja Vista itu laki-laki, mungkin Achio tidak akan sekesal ini. Dia hanya perlu menggunakan sedikit tenaga untuk mengirim musuhnya ke rumah sakit dan masalah selesai. Tapi Vista perempuan, Achio jelas tidak bisa dengan mudah memukulnya. Urusan mereka akan jadi lebih panjang.

Desmon meraih salah satu buku yang bertumpuk di dekat kursi tempatnya duduk. "Tenang."

Wajah Achio memerah. "Gimana caranya gue tenang? Berurusan sama dia nggak segampang yang gue kira!"

Laki-laki berambut ikal itu tersenyum lebar. "Lo takut?" tanyanya santai tapi entah kenapa terdengar seperti meremehkan Achio.

"Lo lagi remehin gue?" tanya Achio dengan tatapan sengitnya.

Desmon tertawa kecil. "Santai, lo cuma perlu cari kelemahannya."

Mulut Achio yang hendak berucap tiba-tiba bungkam. Apa yang dikatakan Desmon memang ada benarnya.

"Kelemahan? Sekarang pertanyaannya, apa kelemahan dia?" tanya Kara, memasang tampang bodoh seperti biasanya.

Oza mulai mengotak-atik ponselnya. "Kalau nyatanya dia nggak punya kelemahan gimana?"

Desmon berdecih. "Mustahil, setiap orang pasti punya kelemahan."

"Paling nggak ada sesuatu yang dia tutup-tutupi," lanjutnya.

"Lo semua ada kelemahan?" tanya Oza bersungguh-sungguh. "Kayaknya nggak ada."

Si aneh yang bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri menatap Desmon seolah menuntut sebuah kebenaran. Desmon yang ditatap sedemikan menghela napasnya.

"Lihat Achio, kira-kira cowok kayak dia punya kelemahan nggak?" Bukannya menjawab, Desmon balik bertanya.

Kara menggeleng polos. "Sebelumnya gue cuma mau mempertegas, gue ngomong begini bukan berarti gue suka sama Achio."

Setelah memberi jeda untuk semuanya mengangguk, Kara menyudahi acara mencomot kacang yang ada di pangkuannya. "Tampangnya nggak jelek, isi dompetnya juga oke."

Oza mengangguk membenarkan. "Terus apa kelemahannya? Semua orang juga tau kalau Achio sempurna."

Achio tersenyum kecil, tidak disangka selama ini dia tahan berteman dengan orang-orang seperti Oza dan Kara. Terlalu buta untuk melihat sisi buruknya. Tidak ada manusia yang sempurna. Sekali lagi Achio tekankan, tidak ada.

Desmon mengedikkan bahu. "Apa pun itu nggak penting buat gue, cuma Achio orang yang nggak mau harga dirinya jatuh."

"Semua orang juga gitu," jawab Oza.

"Achio beda, dia leb—"

"Diem!" Suara Achio membuat sekelilingnya diam. Achio sendiri benci dengan percakapan mereka yang membahas masalah dirinya.

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang