Selamat datang di kisah Aluna
Tinggalkan jejak sebelum/setelah membaca bab ini. Jangan jadi siders.
Maaf jika ada kesalahan kalimat, typo, dan lainnya.
Suasana kelas mendadak tegang, hari ini Guru matamatika akan membagikan hasil ulangan minggu lalu. Allura maju ke depan, mengambil kertas ulangannya dengan wajah bangga. Entahlah, Allura yakin jika nilainya kali ini mungkin bisa mengalahkan nilai Aswin.
Allura seharusnya tidak berharap banyak.
Nilai matamatika 90.
Allura berjalan menuju mejanya, duduk di kursi. Lalu meremas kertas ulangannya emosi, membuangnya ke kolong meja.
"Sial," umpatnya kesal. Allura tidak akan puas selama dia belum mendapatkan nilai yang sempurna. Dia kehilangan 10 point, itu jumlah yang banyak bagi Allura.
Allura yakin, Aswin pasti mendapatkan nilai yang lebih tinggi darinya kali ini. Allura yakin itu.
Kelas Aswin.
"Anak-anak. Sekarang Ibu akan membagikan hasil ulangan minggu lalu, kalian pasti penasaran siapa yang mendapatkan nilai paling sempurna'kan?" Ucap Bu Andin.
Semua yang ada di ruangan itu tidak penasaran lagi, sudah pasti Aswin yang akan mendapatkan nilai paling sempurna. Tidak ada yang bisa mengalahkannya di sekolah ini.
"Yang mendapatkan nilai paling sempurna adalah." Bu Andin menatap ke arah meja Aswin. Itu membuat para siswa sudah bisa menebak siapa nama yang akan Bu Andin sebutkan."Aluna."
Sontak para siswa menatap ke arah Aluna. Tidak terkecuali Aswin. Tentu saja tidak ada yang menduga hal ini akan terjadi. Tidak ada yang bisa menyaingi nilai matamatika Aswin selama ini, dia selalu menjadi yang paling sempurna.
Aluna tersenyum sumringah. Berjalan ke meja guru untuk mengambil kertas ulangannya.
"Selamat Aluna. Nilai matamatika kamu sangat sempurna. Kamu mau 'kan jika Ibu memintamu mengikuti olimpiade matematika?"
Aluna mengangguk antusias."Tentu saja, Bu guru."
"Aswin. Maju ke depan," ucap Bu Andin.
Aswin berdiri, terlihat jelas raut wajah tidak suka di wajahnya.
Aswin mengambil kertas ulangannya. Sial, dia kekurangan dua point.
Aluna mendapatkan nilai 100.
Aluna dan Aswin berjalan bersama menuju meja. Suara tepuk tangan terdengar. Ada juga yang berbisik jika setelah ini Aswin pasti akan membenci Aluna.
Mendengar itu, Aluna sangat takut. Bagaimana tidak? Hanya Aswin yang mendukungnya di kelas ini, jika Aswin ikut membencinya tamat sudah riwayat Aluna.
Sepanjang pelajaran, Aluna tidak fokus. Aswin sama sekali tidak menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Your Choice | End ✔️
Teen FictionFollow sebelum membaca ^_^ Ini kisah tentang Aluna yang terjebak di antara tiga most wanted sekolah yang saling bermusuhan, karena suatu tragedi. Alaska, pria kasar, egois, dan penuh misteri. Arkan, pria dengan selera humornya yang selalu membuat Al...