|Bagian 24| Izin

572 57 40
                                    

Team Arkan, selamat. Bakal ada kemajuan wkwk.

Jangan lupa vote biar aku semangat update, meskipun tugas numpuk 😗

Jangan lupa vote biar aku semangat update, meskipun tugas numpuk 😗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Aluna."

Tepat saat Aluna keluar dari kelas, suara serak itu terdengar. Aluna menoleh, kelas sudah sepi. Hanya tinggal dirinya dan Aswin.

Aswin berjalan ke arahnya."Mau pulang bareng?" Tawar Aswin.

Aluna menggeleng."Kak Arkan udah nunggu aku di parkiran. Maaf ya."

Aswin mengangguk."Oke. Gue anter sampai parkiran."

Aluna tampak ragu.

"Tenang aja, hubungan gue sama Arkan nggak seburuk itu. Gue nggak bakal mancing keributan,"jelas Aswin paham dengan jalan pikiran Aluna.

Aluna tersenyum, kemudian keduanya berjalan melewati koridor yang cukup sepi. Suasana mendadak canggung. Perubahan sikap Aswin belum bisa di terima oleh Aluna. Entahlah, Aluna takut akan ada masalah lain yang muncul jika dirinya terlalu dekat dengan Aswin.

Baru saja memikirkannya, langkah Aluna terhenti karena melihat Asmita--Mamanya Aswin yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Aluna melirik Aswin, sepertinya laki-laki itu belum menyadarinya.

"Aswin, kamu duluan aja."

Aswin menatapnya."Kenapa? Lo benci ya sama gue?"

Aluna menggeleng. Sungguh, Aluna tidak pernah sekalipun menaruh perasaan benci pada Aswin setelah kejadian susu basi itu.

"Mama kamu ada disini."

Aswin langsung menjauh dari Aluna, mendongak untuk menatap Mamanya. Aluna benar, Mamanya sedang menatap keduanya.

"Oi! Aluna!"

Arkan sang penyelamat. Jabatan itu sangat cocok untuk Arkan.

Arkan merangkul Aluna. Kemudian melirik Aswin."Jadi pulang bareng?"

Aluna mengangguk."Aswin, aku duluan ya."

Aswin hanya mengangguk.

Arkan sama sekali tidak berbicara dengan Aswin. Hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Lalu keduanya meninggalkan Aswin.

Aswin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Berjalan menghampiri Mamanya.

"Mama udah lama nunggu Aswin?"

Asmita melipat kedua tangannya di depan dada."Kamu lupa ucapan Mama? Udah ga mau nurutin ucapan Mama?"Asmita berbicara dengan nada dingin.

Aswin menggeleng."Enggak, Ma. Aswin selalu ingat ucapan Mama."

Asmita menghela napas."Mama sudah bilang kan, jangan temenan sama gadis itu. Dia bawa pengaruh ga baik buat nilai kamu, sayang."

Aswin hanya diam.

Choose Your Choice | End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang