|Bagian 9| Misteri Persahabatan

728 78 12
                                    

PS : Ceritanya udah aku revisi. Kalian bisa baca ulang dari awal biar ga bingung nanti. Karena ada beberapa PERUBAHAN.

Selamat membaca

Jangan lupa tinggalkan jejak jika ingin cepat update.

Terimakasih sudah mampir, dan maaf untuk typo 💜

Arkan menguap, entah untuk keberapa kalinya dia melakukan hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan menguap, entah untuk keberapa kalinya dia melakukan hal itu. Aluna sejak tadi fokus menjelaskan rumus-rumus yang tidak Arkan kenali.

"Sampai disini, Kakak ngerti?" Tanya Aluna setelah selesai menjelaskan.

Arkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Anu, Lun. Kenalan dulu sama rumusnya, soalnya gue nggak kenal sama mereka. Tak kenal, maka tak sayang 'kan?"

Aluna melongo. Jadi, sejak tadi Arkan tidak mengerti? Lalu, kenapa Arkan tidak mengatakannya?

"Jadi, Kakak daritadi ngapain?"

Arkan nyengir."Dengerin lo ngoceh," jawabnya dengan wajah tanpa dosa.

Aluna memijat pelipisnya. Ternyata menjadi tutor Arkan tidak semudah yang dia pikirkan.

"Btw, Lun. Jangan terus-terusan panggil gue Kakak. Ngerasa tua banget gue."

"Kakak 'kan emang lebih tua dari aku," balas Aluna polos.

"Maksudnya. Kakaknya ganti lo atau kamu aja deh."

Aluna menggelengkan kepala."Enggak mau."

Arkan berdecak."Yaudah, gue ambil minum dulu. Lo mau minum apa?"

"Air putih aja."

"Jus jeruk? Oke gue ambilin." Arkan berdiri, bergegas menuju dapur.

Sudah berapa kali Aluna di buat geleng-geleng kepala karena sifat Arkan? Entahlah, Aluna lupa.

Aluna melepaskan kunciran rambutnya yang sudah berantakan.

"Eh, tunggu!" Pekik Arkan tiba-tiba.

Arkan meletakkan nampan di tangannya di atas meja belajar, duduk di hadapan Aluna. Arkan menarik kembali ikatan rambut Aluna, membiarkan rambut hitam Aluna tergerai bebas."Anjir. Lo nambah cantik 25 persen kalau rambut lo di gerai."

"Tunggu-tunggu."Arkan hendak melepaskan kacamata yang bertengger di hidung Aluna. Spontan Aluna menahan tangan Arkan.

"Aku mau ke toilet." Aluna mengambil ikatan rambutnya, menguncir rambutnya asal-asalan.

"Pake kamar mandi di kamarnya Stella aja, Lun."

"Boleh?" Tanya Aluna ragu.

Arkan berdecak."Kan gue udah ngizinin. Sekalian lo bisa liat-liat kamarnya Stella."

Aluna mengangguk.

"Kamarnya ada di sebelah kamar gue." Setelah mendengar penjelasan Arkan, Aluna langsung bergegas menaiki tangga.

Choose Your Choice | End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang