|Bagian 19| Sengaja atau Tidak?

663 65 86
                                    

Rajinin update sebelum di serang sama tugas-tugas wkwk.

Jangan lupa vote biar aku semangat update 😚

Yok-yok komen. Biar ada alasan aku senyum-senyum sendiri hihihi

Maaf untuk typo dan sebagainya. Karena bab ini langsung aku ketik terus publish.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Manusia memang senang menerima berita mentah-mentah tanpa mau mencari tau kebenarannya. Semuanya hanya di nilai dari sebelah mata, saat satu orang membenci kita maka semuanya juga ikut.

Aaron. Dulu kehidupan SMA-nya jauh dari kata perudungan. Aaron dulu cukup banyak di gemari para gadis karena wajahnya yang bisa di katakan cukup tampan, dan keahliannya memainkan piano. Namun, semuanya berubah saat Ibunya bunuh diri dan gosip Ayahnya yang melakukan korupsi tersebar.

Saat ini. Aaron duduk di ruang musik sendirian. Jari-jari lentiknya mulai memainkan piano memecahkan keheningan.

"Lo pintar juga main piano."

Aaron berhenti memainkan piano, kepalanya sedikit berputar untuk menoleh siapa pemilik suara itu.

Terdengar helaan napas kasar ketika pandangan matanya menemukan sosok Alaska yang berdiri di ambang pintu, dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku.

"Gue pengen sendiri. Mendingan lo pergi." Aaron kembali memainkan piano.

Alaska terkekeh pelan. Kaki jenjangnya perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan musik.

"Mau gue tawarin sesuatu?"

Aaron tidak menjawab.

"Jadi teman gue. Dan kehidupan sekolah lo bakal
balik kayak dulu."

Aaron mendelik."Jujur aja. Lo Gay?" Tuding Aaron kesal dengan Alaska yang terus-menerus mencoba mencampuri urusannya.

Alaska tertawa renyah."Gue normal."

"Kenapa lo terus-terusan nawarin pertemanan? Gue enggak tertarik." Aaron mencoba untuk pergi. Alaska mencengkeram pergelangan tangannya.

"Gue tau apa yang bakal lo lakuin."

Aaron mendelik."Lo apa-apaan sih, bangsat!" Aaron melayangkan tinjuan mentah ke wajah Alaska.

Alaska mendelik kesal."Percuma gue berusaha nolong lo, bangsat!" Umpatnya geram.

"Kalau lo lupa, gue enggak pernah minta bantuan lo." Aaron berucap dengan nada dingin.

Alaska memutar bola matanya malas."Asal lo tau. Kalau bukan karena gue, mereka pasti nginjak-nginjak lo! Gue pernah di posisi lo. Karena itu, gue ga mau, apa yang gue alamin, orang lain juga ngalamin yang sama."

Choose Your Choice | End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang