|Bagian 22|Kamu Seperti Teka-Teki

612 54 93
                                    

Hai, sudah siap membaca? Vote dulu dong, biar sama-sama enak hehehe.

Maaf baru bisa update, ternyata kuliah online ga sesantai yang aku bayangin wkwk.

Maaf untuk typo, dan lainnya.

Semoga kalian suka

Semoga kalian suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Allura meremas roknya. Dia sama sekali tidak mendengarkan penjelasan Guru, saat ini ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Kalian tau apa? Hubungan Alaska dan Aluna.

Malam itu, di hari pertuangan Ayahnya. Allura melihat Aluna memeluk Alaska, dan yang paling Allura benci, Alaska menangis di pelukan Aluna. Hal yang belum pernah Alaska lakukan saat bersamanya, Allura benci itu. Sekarang, Allura merasa Aluna sudah mulai ingin merebut Kakaknya dirinya.

Tidak, Allura tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Allura berdiri."Pak Guru, saya kurang enak badan."

Aaron berdecih."Drama."

Setelah mendapatkan izin dari Guru, Allura langsung beranjak dari kelas. Allura berjalan santai menuju UKS, pikirannnya sedang merancang sesuatu. Sesuatu yang akan menyenangkan jika terjadi.

Allura menyunggingkan senyumannya."Lo mau ngerebut Kakak gue?" Allura tersenyum smirk."Jangan harap. Cuma gue yang berhak dapat kasih sayang Kakak gue, orang lain nggak."

"Egois."

Allura menghentikan langkahnya, tubuhnya memutar untuk melihat siapa manusia yang berani menyebutnya egois.

Allura melipat tangannya di depan dada."Lo ada dendam apa sama gue, urus aja kehidupan lo yang nggak guna itu."

Aaron berdecih."Tau apa lo tentang kehidupan gue?"

Allura memutar bola matanya malas."Jujur aja. Gue nggak ada waktu buat bicara sama anak koruptor."

Aaron mencengkram tangan Allura kasar. Membuat sang empu meringis. Tatapan Aaron berubah menjadi sangat dingin dan menusuk."Ayah lo sama Ayah gue, sama. Lo pikir gue nggak tau, soal Ayah lo yang nyuap saksi kematian Stella buat bilang kalau kematian Stella adalah bunuh diri." Aaron tersenyum tipis."Kakak lo pembunuh, Ayah lo tukang suap, dan lo?" Aaron menggeleng pelan."Selalu berusaja ngejatuhin orang lain. Keluarga lo unik juga." Aaron menyunggingkan senyuman puas lalu melepaskan cengkraman tangannya.

"Lo!"

Aaron mengangkat dagunya."Kenapa? Lo mau ngadu sama Kakak tersayang lo?"

Allura menghentakkan kakinya kesal, lalu pergi meninggalkan Aaron.

Kelas Aluna.

Free Class. Siapa yang tidak menyukai situasi itu? Tentu saja hampir bahkan semua siswa menyukainya. Hal itulah yang sedang terjadi di kelas Aluna.

Choose Your Choice | End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang