|Bagian 39| Kejujuran Aswin

465 44 19
                                    

Haii aku kembali hihihi

Selamat membaca 🌻

Jangan lupa vote kalau mau cepat update 🌻

Jangan lupa vote kalau mau cepat update 🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Saat ini, kelas 2 sedang berperang dengan soal-soal ulangan kenaikan kelas. Aluna dan semua siswa lainnya terlihat sangat serius dalam mengerjakan soal. Ada juga beberapa orang yang saling mengkode satu sama lain untuk mendapatkan jawaban. Semua orang sedang sibuk dengan kesibukannya masing-masing.

Lima puluh menit telah berlalu, Aswin berdiri dari kursinya. Mengumpulkan hasil ulangannya ke meja guru. Lalu keluar dari ruangan. Aluna memijat pelipisnya, jujur saja Aluna tidak fokus belajar karena memikirkan masalah Arkan dan Amara.

Sekeras apapun Aluna berusaha untuk fokus, selalu saja gagal.

"Ayo berpikir, Aluna."Aluna memukul kepalanya, berharap akan ada keajaiban dari otaknya.

Setelah bergelut setelah sekian lama, akhirnya Aluna berhasil menyelesaikan semua soal. Aluna berdiri, mengumpulkan hasil ulangannya ke meja guru. Sama seperti Aswin, Aluna juga langsung keluar dari kelas.

"Tumben lama,"celetuk Aswin, pria itu bersandar di dinding di dekat kelas.

Aluna menghembuskan napas panjang."Otak aku lagi nggak fokus." Aluna menunduk."Kayaknya, nilai aku bakal turun deh."

Aswin menegakkan tubuhnya. Kini dia berdiri di depan Aluna."Gapapa. Selama nggak ada yang nuntut lo buat dapat nilai yang tinggi, lo nggak perlu mikirin nilai."

Aluna mendongak."Mama kamu masih nuntut nilai sama kamu?"

Aswin menggelengkan kepalanya."Enggak. Tapi gue kenal Mama gue, meskipun dia bilang kalau ga papa gue nggak bisa keterima di Harvard. Gue yakin, Mama gue pasti pengen." Aswin tersenyum tipis."Gue bakal wujudkan mimpi Mama gue."

Aluna mengancungkan jempolnya."Kamu emang yang terbaik."

Aswin terkekeh, mengacak-acak rambut Aluna."Mau ikut gue ke suatu tempat?"

"Kemana?"

"Udah, ikut aja." Aswin meraih tangan mungil Aluna. Keduanya berlari kecil melewati koridor yang masih sepi, mungkin hanya ada beberapa siswa yang sudah menyelesaikan ulangannya.

Termasuk Allura. Gadis itu baru saja hendak keluar dari kelasnya, tapi melihat Aluna dan Aswin berlarian bersama membuat langkah Allura terhenti.

Allura mengepalkan tangannya."Sialan tu cewek."

"Udahlah, itu bukan salah Aluna."

Allura menoleh, Aaron berdiri di belakangnya.

Keduanya keluar dari kelasnya. Tidak ingin membuat keributan di kelas.

"Lo suka banget ikut campur sekarang, ya?"hardik Allura kesal.

Aaron tertawa kecil."Selama gue jadi guru piano lo, gue berhak ikut campur. Itu syarat gue."

Choose Your Choice | End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang