Happy reading.
Maaf untuk typo dan jangan lupa vote sayangku.
Matanya yang tajam menatap ke arah birunya langit. Sekilas memang tampak biasa saja, tapi jika seseorang memperhatikan mata itu secara seksama maka orang itu pasti akan menyadari ada air mata yang tertahan di balik kelopak mata pria itu. Menarik nafas pelan, Aswin mengalihkan pandangannya pada batu nisan bertuliskan Kenzie Arkana.
Sudah satu tahun setelah kematian Arkan. Terkadang Aswin masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri, dia masih merasa bersalah atas kematian Stella dan penderitaan Arkan. Tetapi untungnya, Aluna selalu mengingatkan dirinya untuk berhenti menyalahkan diri sendiri. Aluna membuat Aswin mulai berdamai dengan dirinya sendiri.
Tentang impiannya berkuliah di Harvard, hal itu akan segera terwujud. Sama seperti Alaska, Aswin juga mengambil jeda dalam pendidikan. Aswin merasa jika kondisi mentalnya sedikit terganggu, serta hubungannya dengan Asmita juga masih canggung. Satu hal yang penting lagi, Aswin harus menghadiri pernikahan Alaska dan Aluna.
Iya. Mereka akan menikah.
"Adik lo bakal nikah." Aswin tersenyum tipis."Lo pasti udh tau. Gue yakin Aluna pasti ngasih tau lo sebelum gue,"sambung Aswin sambil tertawa pelan."Aluna udah jauh lebih bahagia sekarang, Alaska memperlakukan dia kayak ratu. Lo ngambil keputusan yang tepat dengan nitipin Aluna ke Alaska. Aluna lebih bahagia sama Alaska. "
Aswin terkekeh pelan, mengingat bagaimana raut wajah bahagia selalu terpancar di wajah Aluna saat bersama Alaska. Setiap orang yang melihatnya pasti tau jika gadis itu bahagia bersama orang yang sangat dia cintai. Perjuangan cinta Aluna dan Alaska sangat rumit, mereka pantas mendapatkan akhir yang bahagia.
"Gue mau ke nikahan adek lo dulu. Nanti kalau lo ada waktu, lo harus datang juga." Aswin mengelus nisan Arkan sebelum akhirnya bangkit dan pergi dari pemakaman.
Aswin menjalankan mobilnya memecah jalanan yang cukup ramai. Matanya diam-diam melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6 sore. Aluna pasti akan memarahinya karena gadis itu sudah mewanti-wantinya untuk datang lebih awal.
Drttt...
Baru saja dibicarakan, handphone Aswin bergetar. Layar ponselnya menunjukkan nama Aluna, Aswin tersenyum tipis kemudian mengangkat telepon dari Aluna. Gadis yang sempat dia cintai namun tidak bisa dia miliki.
"Kamu dimana? Lama banget!"
Aswin terkekeh pelan." Maaf Lun. Ini lagi di jalan. Sabar ya."
"Ih! Kalau di jalan jangan ngangkat telepon. Bahaya tau Aswin!"
"Iyaiya. Gue tutup teleponnya ya. Kalau kecelakaan kan bahaya, gue belum mau nyusul Arkan."
"JANGAN NGOMONG GITU. AWAS YA SAMPAI SINI AKU SURUH ALASKA MARAHIN KAMU! "
TUT!
Sambungan telepon putus secara sepihak, Aswin menggelengkan kepalanya pelan. Saat ini Aluna pasti sedang kesal, gadis itu sensitif dengan kata kematian. Yah tidak bisa disalahkan karena Aluna sudah banyak ditinggalkan oleh orang-orang yang dia sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Your Choice | End ✔️
Teen FictionFollow sebelum membaca ^_^ Ini kisah tentang Aluna yang terjebak di antara tiga most wanted sekolah yang saling bermusuhan, karena suatu tragedi. Alaska, pria kasar, egois, dan penuh misteri. Arkan, pria dengan selera humornya yang selalu membuat Al...