Seperti saya yang ga bosan menunggu doi peka, saya juga ga bosan-bosan ngingetin kalian untuk menekan tanda bintang di pojok kiri bawah.
Ga susah kok, gratis lagi.
Selamat membaca ❤️
Setelah kejadian di kantin, Arkan memutuskan untuk meluapkan emosinya dengan bermain basket di lapangan.
Selama 10 menit lamanya, Arkan bermain tanpa henti. Keringat mulai membasahi keningnya. Dan Alaska memerhatikan itu sejak tadi. Arkan tidak suka di ganggu saat sedang melampiaskan emosinya, Alaska harus menunggu sampai Arkan tenang.
Hingga tiba saatnya, Arkan merebahkan tubuhnya di lapangan. mengelap keningnya dengan telapak tangannya.
Pergerakannya terhenti saat menatap seseorang yang kini berdiri di hadapannya, Alaska.
"Mau apa lagi, lo?" Sinis Arkan bangkit dari posisinya.
Alaska tidak menjawab, dan malah melemparkan bola yang langsung di tangkap oleh Arkan dengan cekatan.
"Ternyata bakat basket lo nggak berubah juga."
Arkan berdecih." Gue tantang lo."
Alaska melepaskan kacing seragamnya, memperlihatkan kaos hitam polosnya. "Kuylah.
Arkan dan Alaska mulai bermain basket, permainan yang dulu sering mereka bertiga mainkan sebelum kejadian itu memisahkan persahabatan ketiganya.
Alaska bersorak ketika berhasil memasukkan bola ke ring , sementara Arkan hanya berdecak. Kemampuan Alaska dalam bermain basket tidak perlu di tanyakan lagi. Arkan salah sudah menantangnya.
Meskipun demikian, Arkan tidak menyerah. Terkadang Arkan juga berhasil memasukkan bola ke ring, dan itu membuatnya senang bukan main.
Diam-diam Alaska mengulas senyumannya saat melihat Arkan bahagia.
Di lain tempat tampak Aswin bersama Aluna tengah berjalan, Aswin di depannya dan Aluna mengekorinya dari belakang. Aswin meminta bantuannya untuk mencatat siswa siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran. Mereka sudah berkeliling, memasuki setiap kelas, dan mengeceknya.
Aluna yang sedari tadi risih karena tatapan, dan cibiran setajam silet dari orang orang hanya bisa berpura pura tuli.
"Masih punya nyali juga sekolah disini si jelek."
"Kemarin Alaska, trus Arkan. Sekarang Aswin. Murahan banget"
"Gue enggak bakal PD dideket tiga cowok itu kalau punya muka kek Aluna."
"Pantesan Alaska enggak suka sama dia, caper banget."
"Hushtt, kalian kalau ngomong suka bener."
Tuk.
Langkah Aluna terhenti karena jidatnya bertubrukan dengan punggung lebar seseorang di depannya. Aswin memutar badannya, menarik Aluna ke sisinya. Dan menatap siswi siswi yang sejak tadi membicarakan Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Your Choice | End ✔️
Teen FictionFollow sebelum membaca ^_^ Ini kisah tentang Aluna yang terjebak di antara tiga most wanted sekolah yang saling bermusuhan, karena suatu tragedi. Alaska, pria kasar, egois, dan penuh misteri. Arkan, pria dengan selera humornya yang selalu membuat Al...