|Bab 58| Pertengkaran

427 39 2
                                    

Selamat membaca cerita ini 🤍

Jangan lupa vote, biar aku semangat lagi. Apresiasi dari kalian sangat berpengaruh buat mood aku😭✋

 Apresiasi dari kalian sangat berpengaruh buat mood aku😭✋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aluna masuk ke kamar Arkan, hujan turun cukup deras. Aluna khawatir, Arkan tidak bisa tidur lagi karena Arkan tidak menyukai suara hujan. Aluna juga tidak menyukainya. Entah kenapa suara hujan selalu membuatnya tidak tenang.

Aluna tidak suka kebisingan.

Membuka pintu kamar, di lihatnya Arkan yang sedang duduk di kursi di dekat jendela. Matanya menatap hujan, sementara tangannya sibuk menggosok lengannya. Aluna menggelengkan kepalanya di cuaca sedingin ini tapi Arkan tidak memakai pakaian yang tebal.

Aluna mengambil selimut di ranjang Arkan, melangkahkan kakinya mendekati Arkan, lalu menyelimuti Arkan dengan selimut itu. Arkan tampak terkejut, mungkin dia tidak menyadari kedatangan Aluna.

Mata Aluna kini fokus pada bekas tissu yang terkumpul di sebelah Arkan. Tissu itu di penuhi darah, Aluna juga bisa melihat sisa darah yang masih mengotori bibir dan hidung Arkan.

Aluna mensejajarkan dirinya dengan Arkan."Sini, biar aku yang bersihin." Aluna mengambil tissu, kemudian membersihkan darah yang kembali mengalir di hidung Arkan.

Aluna terkejut, ketika Arkan tiba-tiba memeluknya begitu saja. Baru saja ingin mengeluarkan sepatah kata, bibir Aluna di buat bungkam oleh isak tangis Arkan.

"Gue takut, Lun. Gue selalu mimpi kalau gue bakal pergi jauh. Gue mau disini, gue nggak mau pergi,"isak Arkan mengeratkan pelukannya pada Aluna.

Aluna sekuat mungkin menahan tangisannya. Arkan pasti juga sudah berusaha untuk tidak menangis, Arkan selalu berusaha tegar saat bersama Amara. Arkan tidak ingin orang-orang tau jika dia merasa kesakitan atau ketakutan. Arkan selalu bersikap seolah dia baik-baik saja.

"Kalau nangis bisa bikin kamu jadi lebih baik, kamu bisa menangis sepuasnya di pelukan aku. Aku nggak akan tanya apa-apa, kamu bisa nangis sepuasnya."

Arkan mengeratkan pelukannya pada Aluna."Gue nggak bisa nangis di depan Bunda. Gue cuma bisa ngeluh dan nangis di depan lo aja."

Aluna mengangguk. Menepuk pundak Arkan pelan."Aku akan selalu ada buat kamu. Aku janji."

Arkan melepaskan pelukannya."Maaf. Entah kenapa, gue selalu emosional akhir-akhir ini. Gue jadi cengeng," ucap Arkan di selingi tawa kecilnya.

Aluna tersenyum, tangannya terangkat untuk menyeka jejak air mata di pipi Arkan."Aku tau, ini pasti nggak mudah buat kamu. Kamu hebat karena bisa bertahan sampai sekarang. Aku yakin, kamu bisa melawan penyakit kamu. Kamu pasti sembuh."

Choose Your Choice | End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang