"B-b-bunda ng-ak kenapa-kenapa 'kan?" tanyanya terbata-bata. Punggungnya sudah penuh dengan darah yang bercucuran. Gaun putih yang ia kenakan kini telah bercampur dengan warna merah. Gaun indah itu berubah dalam sekejap menjadi menyeramkan.
"Lara ..., Lara kenapa ngelakuin ini?" Lauren berusaha merengkuh tubuh yang mulai lemah itu. Tidak memedulikan bahwa dirinya sendiri juga terluka.
"G-gak pa-pa B-bun-da. La-ra ikhlas, ma-ka-sih se-lama i-ni u-da-h ..., ja-ga Lara."
Semua mata yang menyaksikan kejadian itu kehilangan kata-kata, bahkan ada yang sampai tak sadarkan diri. Salah satunya adalah Linka.
"Kak Lala?!" Lingga berteriak histeris melihat tubuh kakak kesayangannya bersimbah darah.
"Lara!" teriak Lintang seraya berlari menghampiri gadisnya.
Tangannya gemetar, saat melihat raut wajah itu semakin pucat. "Lo harus bertahan! Kita ke rumah sakit sekarang."
Lintang mengangkat tubuh Lara yang terasa lebih ringan dari sebelumnya. Namun, Lara justru menggeleng dan meminta Lintang untuk berhenti. Tak terasa air matanya mengalir dan detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Lintang takut, benar-benar takut jika ucapan yang ia dengar semalam menjadi kenyataan.
Largas tampak pucat pasi, melihat kekacauan terjadi. Bergegas ia mendekati sang istri dan mengangkatnya.
Para polisi juga sibuk mengamankan lokasi. Beberapa petugas kesehatan yang baru datang juga sibuk berlarian.
Sebab hanya ada satu ambulan, Lara terpaksa dibawa menggunakan mobil pribadi Largas. Karena kondisi Lauren juga sama kritisnya dengan Lara. Apalagi ibu hamil itu tiba-tiba saja mengalami pendarahan hebat.
Gilvan dan beberapa orang lainnya ikut membantu Lintang memasukkan tubuh Lara ke dalam mobil.
Lintang tak peduli dengan pakaiannya yang juga ikut berubah warna karena terkena darah. Mobil mulai melaju, membelah jalanan dan bergabung dengan kendaraan lain.
Gilvan yang mengemudi sesekali melihat kebelakang, ia juga khawatir sama seperti Lintang.
"Bertahan ya, sebentar lagi kita sampai." Lintang menatap wajah pucat itu dengan tatapan lembut, berbeda dari biasanya. Air matanya yang mengenai wajah Lara membuat perempuan yang awalnya memejamkan mata itu perlahan membuka kedua matanya.
Baru kali ini dia melihat sosok menyeramkan seperti Lintang menangis karenanya.
Lara tersenyum, tangannya terulur hendak menyentuh wajah tegas kekasihnya.
Menyadari pergerakan Lara, Lintang pun langsung menggenggam tangan dingin itu. "Lo kuat, jangan tutup mata lo lagi."
"T-an-gan sa-ma pung-gung a-ku sak-it ba-nget," lirihnya.
"C-ca-pek ..., a-aku ma-u ti-dur, Li-n-tang ...." Napasnya mulai tak beraturan membuat Lintang semakin panik.
"Enggak! Lo nggak boleh tidur, lo harus tetap sadar Lara!"
Di tengah menahan rasa sakitnya, Lara tersenyum. "J-jangan na-ngis, ka-mu jad-i je-uhuk!" Lara terbatuk hebat, darah keluar dari mulutnya membuat Lintang semakin panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Lintang [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Ini tentang Lintang dengan segala keposesifannya pada Linka, saudari kembarnya dan keluarga tercinta. Tentang Lintang yang selalu berkata diluar kepala, serta si egois yang membenci fakta. Fakta bahwa apa yang ia jaga, tida...