Chapter 63 : Lintang atau Gilvan?

5.2K 763 286
                                    

Follow wp Secrettaa
Instagram @authorta

Bantu share cerita "Possessive Lintang" ke IG/TIKTOK/TWITTER/FB ya

Bantu share cerita "Possessive Lintang" ke IG/TIKTOK/TWITTER/FB ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote+komen✨
••

Katanya tak memiliki rasa, tapi kenapa selalu bersikap seolah sangat cinta.
••

"Heyyo watsap bro!" Teriakan itu berasal dari pintu masuk ruangan Lintang.

Di sana berdiri Liko, Zala serta Lena dengan kedua tangan masing-masing membawa sebuah plastik, sepertinya mereka baru saja pulang sekolah.

"Apaan sih, sana lo pada mending pulang. Ngapain di sini," sinis Lintang menyadari kedatangan para sahabatnya.

Bukannya menuruti perkataan Lintang barusan, mereka justru semakin mendekati ranjang pesakitan dan merasa senang berada di ruangan itu.

"Dih, orang ayah lo yang nyuruh kita ke sini juga," ujar Lena yang sekarang fokus pada ponselnya. "Tuh, makan. Titipan dari bunda lo."

Lintang mengambil plastik pemberian Lena yang ternyata isinya adalah makanan. Lintang lebih memilih makanan yang dimasak sang bunda dibanding makanan rumah sakit yang berada di atas nakas--makanan itu tak ia sentuh sama sekali.

"Lintang, ingat nggak kami siapa?" celetuk Zala seraya menunjuk dirinya sendiri, Liko dan Lena.

Laki-laki itu tak peduli dengan pertanyaan bodoh dari Zala. Ia hanya fokus menikmati makanannya.

Menyadari Lintang yang tak mengindahkan pertanyaannya, Zala mendengus sebal. "Lintang beneran am-am-amnesmia ya?"

Bisa diam nggak, gue lagi makan!

Inginnya sih berkata seperti itu, tapi saat mendapat tatapan tajam dari Liko, Lintang langsung mengurungkan niatnya tersebut.

"Lintang kok diam aja sih, atau beneran am-am ah lupain! Kesel 'kan Zala jadinya," gerutu Zala.

Lena terkekeh melihat tingkah Zala, begitu pula Liko yang langsung mencubit pipi berisi itu gemas.

"Ih, Abang!" Zala sedikit menjauh dari kedua orang itu dan semakin mendekat ke arah Lintang dengan tatapan intens.

"Lena, nggak mau beli bando kayak Lintang juga?" Zala menunjuk perban di kepala Lintang dan beralih menatap Lena yang sekarang terlihat kesal.

"Itu perban, Zala. Bukan bando!"

Perempuan itu mengangguk paham dan kembali memperhatikan setiap gerak-gerik Lintang. "Oh, bukan ternyata. Kirain bando model terbaru."

Lintang kesal, tetapi berusaha sekuat tenaga menahan kekesalannya. Bagaimanapun juga Zala adalah yang paling lemot, lugu, dan polos diantara para sahabat-sahabatnya. Butuh tenaga ekstra jika berhadapan dengan perempuan mungil ini. Melihat tatapan Zala, entah kenapa dada Lintang langsung berdetak tak karuan. Tatapan itu seolah mengingatkan dirinya pada sosok Lara.

Possessive Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang