Chapter 8 : Si cantik penuh luka

9.6K 992 13
                                    

Follow Secrettaa
Instagram @authorta

Bantu share cerita ini ke IG, FB, Tiktok dan Twitter yaaa

Bantu share cerita ini ke IG, FB, Tiktok dan Twitter yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote+komen✨
•••

Bukan hanya luarnya saja yang penuh lebam biru serta perban akibat luka, tapi di dalam dirinya jauh lebih parah tak tersisa. Tidak terlihat memang, tapi sungguh sangat menyiksa.

•••

Perempuan yang selalu sendiri itu terus berjalan menuju perpustakaan. Sesekali menatap sekitarnya, melihat semua orang berpasangan dan memiliki teman. Terkadang, rasa iri terbesit dalam benaknya. Bertanya kapan ia juga bisa memiliki teman seperti mereka.

Rasanya mustahil dan siapa juga yang mau berteman dengan perempuan kutu buku seperti dirinya. Larasati Indah Meswari, siswi kelas 10 IPA 2 yang sudah terbiasa sendiri. Saat awal ia masuk dan sampai sekarang sudah berjalan semester ke dua, masih saja tidak memiliki teman.

Dengan langkah tertatih akhirnya Lara sampai ke perpustakaan. Sebelah kakinya memang terlihat ada perban, itu karena bekas semalam.

Begitupula bagian lengannya, ia tidak berusaha menutupi penampilannya dari orang-orang karena inilah dirinya, inilah dia. Bukan juga untuk mendapat simpati. Lara, gadis itu biasa menyebut dirinya.

Gadis dengan wajah cantik yang tertutupi oleh penampilan cupu. Meski tidak mengenakan kacamata, tetap saja orang-orang memanggilnya dengan sebutan cupu dan dekil. Mungkin karena baju yang ia pakai terlihat kusam, tetapi hanya itu seragam sekolah yang ia miliki.

Bagi mereka, Lara tak lebih hanya gembel yang bisa bersekolah di SMA Bangsa, tanpa tahu bahwa Lara berasal dari keluarga yang cukup berada.

Lara mengambil sebuah buku, lalu membawanya ke dekat meja dan duduk di sana, mulai menikmati kesunyian sampai larut dengan bacaannya.

Namun, Lara tidak bisa fokus dengan buku yang dibacanya, akhirnya ia memutuskan menutup buku itu dan kembali berjalan menyusuri rak-rak yang ada di sana dengan langkah tertatih.

Rambutnya yang ia ikat asal berterbangan karena angin yang tiba-tiba masuk lewat jendela, Lara kini tengah menatap ke arah lapangan. Seraya memejamkan mata, merasakan sejuknya angin yang menerpa wajahnya.

Rasa rindu yang tiba-tiba datang membuat Lara menatap kosong ke depan, membayangkan banyak hal semu yang tidak mungkin lagi terulang. Orang yang seharusnya menjadi cinta pertama dalam hidupnya, malah berubah dalam sekejap mata. Tidak ada lagi senyum hangat dan sapaan, hidupnya begitu menyedihkan.

Namun, Lara selalu yakin jika suatu saat nanti, ia pasti bisa merasakan kebahagiaan itu lagi.

Tubuh yang telah menerima berbagai hal itu, butuh istirahat walau sejenak. Apa salah jika ia berharap lebih? Berharap cinta pertamanya tidak lagi menyakiti dirinya dan selalu menyalahkan ia atas apa yang terjadi.

Possessive Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang