Follow Secrettaa
Instagram @authortaBantu share cerita ini ke IG, FB, Tiktok dan Twitter yaaa
Jangan lupa vote+komen ✨
•••
Bahagia itu bisa datang dari hal sederhana. Bahkan, tanpa kita sadari dan juga, bahagia itu tercipta oleh diri kita sendiri bukan orang lain.•••
Lintang yang mendengar teriakan Linka langsung masuk ke dalam ruang UKS. Melihat adiknya yang kesakitan tengah dipeluk oleh Zala, membuat Lintang marah. Ia memaksa Zala agar melepaskan pelukannya, dan menatap perempuan itu tajam.
"I-itu, Zala cuma mau meluk Linka. Jangan ... marah, ya Lintang," jelasnya dengan suara yang bergetar ketakutan dan tatapan yang tertuju ke lantai.
Tak lama setelah Lintang masuk, ternyata Gilvan dan Liko ikut masuk juga. Liko langsung mendekat ke arah Zala dan melindunginya dari Lintang yang bersiap ingin memaki Zala.
"Udah, Bang. Jangan marahin Zala." Linka menarik sebelah tangan Lintang, menyuruhnya agar duduk di dekatnya. Meski pun tatapan tajam masih Lintang berikan pada Zala yang kini tengah bersembunyi dibalik tubuh Liko, persis seperti anak kecil yang ketakutan.
Bahkan, Liko bisa merasakan getaran dari tangan Zala yang memegang bajunya.
"Jangan diliatin terus Lintang!" kesal Liko dan berhasil, Lintang mengalihkan tatapannya dan itu membuat Zala sedikit tenang.
"Ke kelas, yuk!" ajak Linka seraya menatap para sahabatnya. Begitupula dengan Lintang, akhirnya mereka pergi ke kelas setelah memastikan bahwa Linka tidak kenapa-kenapa, Lintang setuju saja diajak ke kelas. Meskipun awalnya ia tidak mau dan menyuruh Linka agar istirahat.
Namun, pada akhirnya Lintang tidak bisa memaksa Linka agar berdiam saja.
"Bang, jangan marahin cewek tadi ya. Dia gak seng---"
"Udah, jangan dipikirin. Itu urusan Abang." Lintang memotong ucapan Linka cepat membuat sang adik kesal. Mereka masih berada di koridor sekolah, karena letak UKS yang lumayan jauh dari kelas mereka.
Suasana koridor sudah sepi, hanya terdengar derap langkah dari mereka saja, karena kelas-kelas yang lain sudah melaksanakan pembelajaran. Liko dan Zala asik bercanda sepanjang jalan, sedangkan Lena sibuk dengan cerminnya dan Gilvan hanya diam dengan pandangan yang kini tertuju pada seorang perempuan yang menatap ke arah luar jendela, itu perempuan di kantin tadi. Seketika sebuah senyum terbit dibibir Gilvan. Melihat wajah melamun itu yang sangat cantik, baginya.
Lintang yang kebetulan berjalan di samping Gilvan, ikut menatap ke arah yang ditatap oleh sahabatnya tersebut. Rahangnya seketika mengeras dan sebelah tangannya mengepal kuat. Lihat saja, ia tidak akan membiarkan perempuan itu tenang, karena sudah berani menyakiti adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Lintang [SELESAI]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Ini tentang Lintang dengan segala keposesifannya pada Linka, saudari kembarnya dan keluarga tercinta. Tentang Lintang yang selalu berkata diluar kepala, serta si egois yang membenci fakta. Fakta bahwa apa yang ia jaga, tida...