Chapter 36 : Perempuan lemah yang beruntung

5.4K 633 85
                                    

Follow wp Secrettaa
Instagram @authorta

Bantu share cerita "Possessive Lintang" ke IG/TIKTOK/TWITTER/FB ya

Bantu share cerita "Possessive Lintang" ke IG/TIKTOK/TWITTER/FB ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote+komen✨
•••

"Seharusnya kita nggak pernah ketemu. Seharusnya kata kita itu, nggak pernah ada."
-authorta

Seharusnya, Lara tetap pada deritanya dan seharusnya Lintang tetap pada rasanya yang salah, haha lucu. Semesta punya banyak cerita untuk mereka yang padahal awalnya asing, tapi tiba-tiba harus terikat hubungan.

•••

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi Lintang masih saja terjaga di dalam ruangan dominan berwarna putih itu. Matanya fokus menatap seorang gadis yang tertidur pulas dan tampak damai.

Ia yang awalnya duduk di sofa, perlahan melangkahkan kaki mendekati ranjang Lara. Duduk di kursi yang memang sudah ada di sana dengan tatapan tidak pernah lepas dari wajah Lara. Lintang tersenyum mengejek, melihat perban di tangan itu.

"Bodoh," gumamnya seraya terkekeh. Menertawakan kebodohan Lara.

Lintang tidak tahu bahwa ternyata Lara sudah mulai sadar. Laki-laki itu mendekatkan tubuhnya, menatap intens setiap jengkal di wajah Lara tanpa terlewat sedikit pun. Tangannya terulur, menyentuh bagian bibir dengan lembut.

Pergerakan dari Lara yang merasa tak nyaman ternyata membuat Lintang tersadar. Bukannya segera menjauhkan tubuhnya, Lintang malah semakin mendekatkan wajahnya.

Deg!

Jantung Lara seketika memompa dengan cepat, napasnya pun tertahan saat melihat laki-laki yang ia takuti justru berada tepat di depan wajahnya.

Bahkan, Lara bisa merasakan setiap hembusan napas yang keluar dari mulut Lintang. Matanya berkedip beberapa kali, meyakinkan diri bahwa ini hanyalah mimpi.

"L-lintang?" Lara berharap sosok itu segera menghilang dari hadapannya.

Namun, Lintang justru malah tersenyum manis dan itu membuat Lara berpikir bahwa ini memang hanyalah sebuah mimpi. Tidak mungkin seorang Lintang bisa tersenyum seperti itu, bahkan saat bersama kembarannya sendiri saja ia sering menampilkan wajah datar.

"Akh, sakit ...." Lara merintih dengan kuat, merasakan bagian tangannya dicengkram. Napasnya memburu, menyadari ini bukanlah mimpi, tetapi dunia nyata yang harus ia hadapi. Sosok itu benar-benar ada di depannya dan sekarang, tanpa perasaan justru mencengkram kuat luka di tanggannya.

"L-lepasin Lintang, s-sakit ...." Berkali-kali Lara memohon dengan suara lemahnya, tetapi Lintang malah semakin mengeratkan cengkramannya.

Darah terlihat memenuhi perban itu, membuat Lara tidak tahan untuk tak menangis. Perempuan berwajah pucat tersebut kembali memohon pada laki-laki di depannya ini agar melepaskan tangannya, tetapi seringai yang Lintang perlihatkan pertanda laki-laki itu tak akan melepaskan tangannya membuat Lara hanya bisa pasrah dan merintih menahan sakit.

Possessive Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang