07

641 116 22
                                    

"Ya, jadi apa yang akan kau bicarakan, ahjussi? Kau hanya punya waktu lima menit," kata Jennie ketika sang dosen telah duduk berhadapan dengannya.

Helaan nafas terdengar, tampak sekali jika Pria Kim itu jengah. "Ya! Jangan memanggilku ahjussi! Aku tidak setua itu, nona!"

Jennie terkekeh, ternyata ada yang tidak ingat umur rupanya.

"Orangtuaku pernah bilang, kalau laki-laki berumur 30 tahun ke atas layak dipanggil 'ahjussi'. Karena itu aku memanggilmu ahjussi."

"Tapi aku dosen mu, Jennie Kim. Sudah sepantasnya kau memanggilku dengan sopan. Seperti Mr, sir, atau Victory-ssi. Bukan ahjussi! Seingatku, kau memanggilku 'sir' saat hampir ketabrak kemarin. Lalu menapa sekarang jadi ahjussi?"

Gadis Kim itu merotasikan bola matanya malas, dan beralih menatap datar pada pria.

"Karena ahjussi juniorku. Ah bahkan pernah menjadi muridku. Jadi, aku punya kewenangan untuk bebas memanggilmu apa."

Sang pria mendecak, rasanya percuma saja menegur Jennie, karena gadis itu mempunyai kepala sekeras batu.

"Apa hanya hal ini yang ingin kau bicarakan?" tanya Jennie sambil beranjak dari duduknya.

Tampaknya gadis itu sedikit tak sabaran, mengingat hari ini ia perlu mengikuti kelas privat dengan Madam Ahn.

"Yak!! Tunggu dulu! Kenapa kau buru-buru sekali?"

Victory ikut beranjak, guna menahan Jennie agar tak meninggalkannya. Jika tidak, ia akan sia-sia membuntuti Jennie tadi.

Sekedar informasi saja, sebenarnya setelah terbangun dari mimpi buruk dan mengakhiri panggilan dari sahabatnya, ia terus menerus terfokuskan dengan perkataan Jennie. Sehingga karena hal inilah rasa penasarannya bangkit dan membuat ia ambil keputusan untuk mencaritahu keberadaan sang gadis Kim guna menanyakan lebih lanjut perihal kutukan itu. Dengan cepat ia bisa mendapatkan nomor dan alamat Jennie Kim.

Oh jangan tanyakan, bagiamana ia mendapatkannya? Apa kau lupa, dia adalah dosen pengampu yang mengajar Jennie, jadi karena hal inilah ia dengan mudah mengetahui data pribadi sang gadis.

Setelahnya, ia memutuskan untuk menghubungi nomor Jennie, tetapi sampai sekarang gadis itu belum juga membaca pesannya.

Merasa sia-sia, pada akhirnya Victory memilih untuk mengisi perutnya guna mengesampingkan rasa penasarannya itu.  Pada dasarnya pria   berumur 32 tahun itu lebih menyukai makanan yang dibuat oleh manusia, sehingga ia memilih cafe sederhana ini sebagai destinasinya. Namun entah kebetulan atau takdir yang telah ditetapkan, mereka dipertemukan dalam keadaan yang tak biasa, yaitu ketika sang gadis tengah menjadi bahan bulan-bulanan pengunjung.

"Ahjussi tidak lihat aku bawa gitar?"

"Ya, lalu kenapa?" Victory memiringkan kepalanya pertanda tak paham dengan maksud perkataan Jennie.

"Aku ada kelas hari ini," kata Jennie dengan nada tegas.

Jujur saja ia masih kesal dengan perkataan Victory malam itu karena mengatainya seperti bocah.

"Eoh? Kelas di Star Mellody Studio? Bukankah sekarang hari Minggu? Kenapa kau berangkat?"

"Bukan urusanmu. Cepat katakan apa yang ingin ahjussi sampaikan. Waktumu tinggal dua menit lagi!" ucap Jennie dengan ketus dan wajah yang berpaling dari tatapan hangat sang pria.

Pria Kim itu membasahi bibirnya sejenak lalu membuka bibirnya. "Kau tidak makan dulu?"

"Aisshhh!" Sang gadis mendesis saat Victory tak kunjung mengungkapkan topiknya.

In Your Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang