39

422 88 29
                                    

Jeritan-jeritan terdengar menggema kala tempat itu diserbu oleh pasukan Victory. Asap gelap itu membumbung tinggi ketika si jago merah melahap hampir semua tempat illegal ini.

Pria berumur 32 tahun itu masih setia mengamati dari atas kudanya. Tak lupa dengan sebuah pedang yang siap untuk menyerang siapa saja yang berani padanya.

Maafkan aku, sebenarnya aku tidak ingin melukai kalian. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus segera menyelesaikan ini supaya cepat kembali, batin Victory sedikit tersayat saat retina matanya melihat orang-orang di sana lari ketakutan menghadapi beringasnya para prajurit.

"Ketua, tinggal tenda sebelah timur yang tersisa."

Victory terhenyak sekaligus terbuyarkan dari lamunannya setelah salah satu prajuritnya menghampiri.

Tenda sebelah timur?

Bukankah itu...

"Kenapa bisa? Kita ratakan saja tempatnya."

Sebuah gelengan itu didapatinya, sehingga tanpa sadar Victory menghela nafasnya kasar. Sungguh ia tak mau berlama-lama lagi di sini, tahun 2030 telah menunggunya dengan serentetan agenda seperti ujian bagi para mahasiswanya, dan rencana tahunan bersama keluarga.

"Ada wanita tua yang tidak mau keluar dari sana, jika kita robohkan dan bakar tenda tersebut maka orang tersebut akan celaka."

Victory teringat betul akan prinsip yang ia pegang teguh. Dalam kamus hidupnya, ia tak ingin jika tangannya ternodai karena membunuh orang.

Wanita tua? Maksudnya orang itu?

Selepas membatin, pria itu langsung menarik tali kekang kuda guna mengarahkannya pada tempat tujuan.

Tak butuh waktu lama, kuda yang ia tunggangi berhenti tepat di depan tenda bagian timur. Tenda yang didominasi warna hitam itu adalah tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

Tanpa berpikir panjang, ia segera menyelonong masuk menemui sang wanita tua.

Dilihatnya jika wanita tua itu kini berdiri memunggunginya dengan tangan yang bergerak cepat untuk menata barang-barangnya.

"Berhenti!" seru Victory membuat wanita berjubah itu menoleh.

Wajahnya yang keriput itu terperangah melihat kedatangan Victory.

"Eng—"

Wanita tua tersebut tampak bergetar melihat kedatangan seorang kesatria berbaju besi. Dari matanya yang rabun, ia menebak jika Victory adalah Kim Taehyung.

"Y-yang Mulia?" celetuknya yang seketika membuat Victory tercekat.

"Yang Mulia? Kaukah itu?"

Shit! Bagaimana bisa dia mengira aku Taehyung dengan penyamaran seketat ini? ujar Victory setelah melihat pantulan dirinya di kaca dan mendapati wajahnya yang masih tertutup kain menyisakan matanya untuk melihat.

"Yang Mulia, syukurlah kau datang ke sini. Aku sangat takut, para prajurit itu ingin melenyapkan tempat ini."

Deg.

Victory tertegun mendengar penuturan wanita tersebut. Detik itu juga ia mendapatkan sebuah bohlam imaginer di kepalanya.

"Tidak bisa dibiarkan, kau harus segera pergi dari sini dan selamatkan semua informasi tentangku," ucap Victory berusaha menipu daya wanita tua tersebut dengan cara menyamar menjadi Taehyung.

"T-tapi Yang Mulia, informasi tentang anda sangat banyak. Tidak mungkin jika aku membawanya sekaligus."

Dari balik penutup wajahnya, Victory menyunggingkan senyum miring. Ah sepertinya hari ini adalah hari keberuntungannya. Betapa mudahnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cara memanfaatkan keluguan wanita tua ini.

In Your Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang