"Yang Mulia, maaf mengganggu anda," sebuah seruan datang tiba-tiba. Membuat Bae Hoyoung menoleh. Mengabaikan sejenak pada buku dihadapannya.
Sekarang dini hari, dan tidak biasanya Kasim pribadinya datang dengan wajah yang sulit diartikan.
"Oh, ada apa? Tumben kau datang sepagi ini?" katanya disusul dengan kekehan kecil.
"Telah terjadi kebakaran di desa, Yang Mulia."
Akibat pernyataan tersebut, raja muda itu melebarkan matanya. Rasa kantuk yang sedari tadi menghampirinya seketika sirna.
"Apa? Bagaimana bisa? Apa ada yang terluka?"
"Lima orang warga mengalami luka serius dan warga lainnya berhasil menyelamatkan diri, Yang Mulia."
Desisan kecil terdengar dari bibirnya. Pria bermarga Bae itu dibuat terperangah akan kejadian yang tak terduga ini.
"Lalu, rumah milik warga bagaimana?"
"Sebagian hangus tak tertolong Yang Mulia. Dan sisanya hanya mengalami kerusakan kecil."
"Arrghh! Sial!" umpat Bae Hoyoung sembari mengusap wajahnya kasar.
Kesal karena baru saja mendapatkan kerugian besar.
"Ini benar-benar tidak terduga, Yang Mulia. Maaf..." Pria berkepala tiga itu menunduk, merasa bersalah pada rajanya.
"CK! Ini bukan waktunya untuk meminta maaf, kau tidak salah. Sekarang siapkan kuda dan beberapa prajurit. Kita akan ke sana!" Suara penuh ketegasan itu mampu membuat yang lebih tua mendongakkan kepalanya.
"E-eh? Tapi ini masih terlalu dini hari Yang Mulia."
Bae Hoyoung memutar bola matanya, "Apa kau pikir aku akan istirahat disaat rakyatku di luar sana membutuhkan bantuan?"
Tak berani membantah, Kasim tersebut segera mengundurkan diri dan berpamit untuk menyiapkan apa yang telah diperintahkan oleh raja mudanya.
Aisshhh! Sialan! Siapa yang menyebabkan semua ini?
...
Victory memicingkan matanya, heran mendapati keadaan istana Bae Hoyoung tampak sibuk. Ia baru saja terbangun, sebab terusik akan kesibukan di luar kamarnya.
Ah ia maklum, mengingat ia diberikan tempat tinggal yang sama dengan para prajurit lainnya di sini. Sehingga tak bisa terhindarkan suara prajurit yang bersiap mendampingi Bae Hoyoung terdengar sampai ke kamarnya.
"Ada apa?"
Itu Jooan yang mengajukan pertanyaan begitu membuka matanya menatap Victory yang tengah mengintip jendela kamar.
"Tidak tahu, mereka sepertinya akan pergi ke suatu tempat," ujar Victory.
"Secara tiba-tiba? Dan sepagi ini?" tanya Jooan merasa tak percaya dengan pernyataan tadi.
"Mungkin itu urusan mendadak, ah sudahlah itu urusan mereka. Kita tidak perlu ikut campur," pungkas Victory disusul oleh anggukan kecil dari Jooan. Kemudian pria itu memilih kembali berbaring di salah satu ranjang kecil, tempat dirinya tertidur.
Kamar berukuran sedang itu terdiri dari dua ranjang pribadi dengan satu lemari dan meja. Kamar yang terlalu sederhana, dibandingkan dengan kamarnya saat di istana Taehyung. Tetapi hal itu bukan masalah, sudah diterima di sini saja ia bersyukur.
Victory memejamkan mata, mencoba menyambung mimpinya yang sempat terputus tadi. Namun lagi-lagi suara-suara prajurit di depan maupun samping kamarnya menggangu telinganya.
Tidak bisakah mereka bergegas dan tidak usah menggerutu? bantinnya kesal, yaah walaupun ia tahu bagaimana jengkelnya ketika harus menjalankan perintah saat asyik-asyiknya menjelajahi alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Time
Fanfiction(END)Apapun akan Jennie lakukan untuk mendapatkan nilai A+ Bahkan ia rela untuk menyebrangi dimensi demi mematahkan kutukan yang menimpa dosennya itu. Victory Kim adalah pria berumur 32 tahun yang berprofesi sebagai dosen. Di masa lalu, ia dikutuk...