45

434 89 9
                                    

Tangan kekar itu perlahan terkepal. Apa yang dikatakan Kasim Oh benar-benar nyata. Di balik benteng menjulang ini telinganya bisa menangkap gelombang suara keributan dari luar.

"Bagaimana Yang Mulia? Mereka terus memanggil dan mengancam anda. Apa perlu kami mengerahkan prajurit untuk melawan mereka?"

Telapak tangan sang raja terangkat, pertanda tak menyetujui pendapat Kasim Oh.

"Tidak. Mereka tidak boleh ada yang terluka. Mereka melakukan seperti ini pasti ada penyebabnya. Mari kita cari tahu dulu," ucap Taehyung. Lalu dengan  wajah datarnya ia melewati Kasim Oh, menaiki tangga menara supaya dirinya bisa berkomunikasi dengan rakyatnya.

"Yang Mulia?" Jeon Jungkook tersentak ketika menyadari di belakangnya sudah ada Taehyung yang berdiri.

Jungkook dan kawan-kawannya sedari tadi sudah berada di posisi waspada dan bersiap memanah dari atas.

"Letakkan senjatanya. Kita tidak perlu menyakiti mereka," tegur Taehyung kelewat datar hingga membuat prajurit muda itu mengerutkan keningnya.

"Kenapa Yang Mulia? Mereka semua telah menjelek-jelekkan anda, dan telah memberontak. Lagi, para rakyat juga merusak beberapa fasilitas di luar istana. Ini sebuah kerugian," kata Jungkook mendebat Taehyung yang jauh berbeda dari biasanya.

"Aku tidak memberimu waktu untuk menyangkal omonganku Jungkook. Lakukan apa yang aku perintahkan. Turunkan senjata kalian."

Kali ini nada Taehyung sedikit berbeda dari sebelumnya. Penuh dengan ketegasan.

Maka dari itulah, Jungkook dan kawan-kawannya meletakkan senjatanya. Masing-masing dari mereka juga mengambil dua langkah mundur untuk memberi kesempatan pada Taehyung.

"Kau pembohong! Penipu! Bajingan kurang ajar!"

"Turunkan  Kim Taehyung dari tahtanya!"

"Kami tidak butuh pemimpin sepertinya!"

Dan masih banyak pekikan lainnya yang mengganggu di telinga sang raja.

Pria dengan marga Kim itu berdiri dalam diam, mendengar semua umpatan dan sumpah serapah dari rakyatnya. Ngomong-ngomong, ia tersenyum miring melihat pemandangan di bawah sana yang sudah lama tak ia lihat.

Tak lama setelah menikmati pemandangan yang sejujurnya membuatnya tersulut, pria itu mengangkat tangannya. Memberi aba-aba pada mereka untuk menutup mulut.

Tetapi nyatanya hal itu tidak terlalu efektif sehingga ia perlu meninggikan nada bicaranya.

"Semuanya, dengarkan aku!"

"Yakk! Sialan! Pembunuh! Enyah saja kau dari sini!!"

PLUKK!!

Sesuatu baru saja mengenai kulit wajah Taehyung. Cairan berwarna oranye kemerahan dengan bau tak sedap berhasil membuatnya diam seribu bahasa.

Pria itu terdiam dengan mata terpejam. Nafasnya ia tarik panjang dan menahannya guna mencoba mengontrol emosinya yang kapan saja bisa meledak.

Sungguh ia sangat tidak terima dilempari tomat busuk oleh rakyatnya. Dengan permulaan membuang nafasnya kasar, ia berusaha menampilkan ekspresi biasa saja.

"Aku tidak menyangka di pagi hari yang cerah ini aku mendapatkan kejutan yang luar biasa dari kalian. Terimakasih telah datang ke sini. Namun, kenapa kalian seperti itu?"

"Cih, masih berpura-pura saja. Dasar munafik!"

"Kau tuli hah? Tidak bisa dengar apa yang kami katakan tadi?!"

"Kau pembunuh! Pembohong! Pengkhianat!"

Taehyung mengernyitkan salah satu alisnya. "Eoh? Apa, pembunuh? Pembohong? Pengkhianat? Apa yang kalian maksud?" tanya Taehyung dengan wajah polosnya.

In Your Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang