46

439 100 28
                                    

Dengan kepala yang terasa hampir meledak, pria itu melangkah dengan tergesa. Sorot matanya dingin, jauh berbeda sebelumnya. Bibirnya terkatup rapat, dengan sesekali mengeraskan rahangnya pertanda kesal.

Bagaimana bisa hal ini terjadi? Apa wanita tua itu yang membocorkan masa laluku?

Lagi, pertanyaan seperti itu menghantui kepalanya. Hal yang selama ini menjadi kekhawatiran akhirnya terjadi juga. Semua rakyatnya mengetahui jika dia  adalah  dalang hilangnya orang-orang yang sangat berjasa bagi para rakyatnya.

Taehyung menghela nafasnya lega, setidaknya ia tadi bisa mengatasi kecurigaan rakyatnya. Yah, walaupun ia tidak tahu hal ini bisa ditutupi sampai kapan. Tetapi agaknya bisa mengurangi kekacauan yang ada.

"Taehyung!"

Sebuah seruan tiba-tiba saja datang dari salah satu arah. Dengan terpaksa, pria itu menghentikan langkahnya lalu menoleh.

Huuftt.

Helaan nafas Taehyung lakukan, begitu mendapati sosok Ratu Joohyun yang menghampirinya dengan Dayang Park di belakangnya.

Sial. Mau apa lagi dia?

Taehyung memutar bola matanya malas dan ingin melanjutkan langkah, namun  wanita itu terlebih dahulu menggapai tangannya.

"Tunggu, Taehyung."

"Apa? Aku sibuk," sahutnya singkat tak ingin berlama-lama dengan wanita bermarga Bae di depannya.

"Kau baik-baik saja? Aku dengar para rakyat menjelek-jelekkanmu."

"Menurutmu aku bagaimana sekarang?" Bukannya menjawab, pria bermarga Kim itu justru mengajukan pertanyaan ketus.

Ratu Joohyun membuang nafasnya, paham. Jika sudah seperti ini suaminya pasti sedang marah. Terbukti dari responnya yang ketus dan singkat.

"Hm, Taehyung kau pasti sedang kesal sekarang. Baiklah, aku tidak ingin menambah kesal. Aku hanya ingin menyerahkan ini. Yang tadi, kau belum sempat menjawabnya juga, kan?"

Taehyung menerima sebuah gulungan kertas yang tadi belum sempat ia terima. Kertas dimana berisi pernyataan mengenai pembagian wilayah kekuasaan kini sudah berada digenggamannya. Bukankah ini hal bagus untuknya? Pikirnya.

Tanpa sadar pria ini mengulas senyum tipis. Sangat tipis, nyaris tak diketahui oleh wanita di depannya.

"Baiklah, aku terima ini sebagai tanda keseriusan maafmu."

Sukses karena sebuah kalimat itu, Ratu Joohyun berbinar dengan menarik sudut bibirnya sehingga membuahkan senyum manis.

"J-jadi, kau sudah tidak marah lagi denganku kan, Tae?"

"Hm," balas Taehyung dengan berdehem singkat.

"Terimakasih Taehyung. Aku janji tidak akan—"

"Cukup. Aku ada urusan sekarang," potong Taehyung yang muak berada di dekat istrinya. Alhasil karena satu kalimat penuh ketegasan ini, senyum manis yang tadi terbit di wajah sang ratu perlahan memudar. Terganti dengan raut kecewa.

"Aah baiklah. Maaf mengganggumu Taehyung," kata Ratu Joohyun dengan lirih yang kemudian hanya disahuti dengan anggukan singkat.

Selepas berhasil membuat alasan, Taehyung memilih memendarkan matanya. Tampak jika matahari mulai naik di atas kepala, pertanda sudah menjelang siang. Ia baru teringat jika dirinya tengah meninggalkan sosok berharga sendirian.

Tak butuh lama, ia memutar tubuhnya. Membalikkan langkah dan membatalkan tujuannya untuk datang ke balai pertemuan.  Yang ada dipikirannya sekarang adalah gadis bermarga Kim yang tidak sadarkan diri sejak semalam. Entah mengapa ia ingin sekali menemui gadis itu.

In Your Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang