Epilog

924 109 46
                                    

Sebuah getaran berhasil ditangkap oleh indera pendengaran Jennie. Dengan sigap ia segera merogoh sakunya, sebab sumber getaran itu berasal dari ponselnya.

Secarik nomor tak dikenal tampil di sana, dengan icon telepon berwarna merah dan hijau pertanda sebuah panggilan telepon masuk. Jujur, ia penasaran dengan siapa pemilik nomor tersebut. Sebab, ini ketiga kalinya ia mendapat panggilan telepon dari nomor tersebut secara berturut-turut. 

"Ini siapa sih sebenarnya?" Gerutunya, terpaksa menghentikan latihannya.

Madam Ahn yang mendapati muridnya kesal ikut teralihkan.

"Ya, coba kau jawab dulu Jane. Siapa tahu, itu penting."

"Tapi, bisa jadi itu hanya orang iseng, ma'am. Aku sudah sering mendapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal, aku kira itu adalah orang yang ingin pesan bunga, tapi ternyata orang itu hanya orang kurang kerjaan yang basa-basi menanyakan kabarku, cih membuang waktu saja."

"Tapi ini sampe  tiga kali lho. Siapa tahu ini benar-benar mendesak," ujar Madam Ahn yang pada akhirnya membuat Jennie luluh untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Serius aku harus menjawabnya?" tanya Jennie sekali lagi untuk memastikan.

Dan pertanyaan itu mendapati anggukan kepala dari Madam Ahn. Sehingga, dengan malas gadis itu menekan tombol hijau yang tertera di layar ponselnya.

"Akhirnya kau angkat teleponnya juga."

E-eh?

Jennie mengerutkan dahinya begitu mendengar suara pria yang tak asing ditelinganya.

"Profesor Park?"

"Iya ini aku Jennie. Aku menghubungimu karena ingin menanyakan suatu hal padamu."

"Eoh, tanya tentang apa, prof?"

"Apa Victory sedang bersamamu?"

"Emm, tidak. Ahjussi tidak bersamaku. Bahkan terakhir kali bertemu itu kemarin. Memangnya ada apa ya prof?"

"Sebenarnya dia masih belum sembuh total. Masih butuh perawatan rutin agar imunitas tubuhnya stabil. Tetapi lihatlah, bujang lapuk itu keras kepala! Dia bahkan kabur dari lab setelah tiga jam siuman," kata Profesor Park diakhiri dengan desisan panjang.

"Seharusnya dia masih di rawat di lab ku, tapi bujang tua itu kukuh ingin pergi ke kampus. Katanya mau mengurus nilai."

"Astaga..." Jennie membuang nafasnya berat, ia ikut khawatir perihal dosennya, ah ralat maksudnya dosen sekaligus pacarnya yang keras kepala ingin bekerja disaat kondisinya yang tak sepenuhnya sehat.

"Jane, apa kau bisa membantuku?"

"O-oh iya tentu saja, Profesor Park. Apa yang bisa aku bantu?"

"Bisa kau pastikan Victory sudah minum obat dan disuntik? Maaf sebelumnya jika ini merepotkanmu, karena aku sedang pergi ke luar kota dan nomornya tidak bisa dihubungi."

"Bisa, bisa. Aku akan memastikannya sekarang juga, prof."

"Baiklah, terimakasih Jennie."

"Sama-sama Profesor Park," tutur Jennie dan panggilan telepon itu selesai.

Gadis itu lantas beranjak dari posisinya dan segera membereskan barang-barangnya. Madam Ahn yang melihat hal itu seketika memicingkan salah satu alisnya.

"Ada apa Jane? Kenapa kau—"

"Maaf ma'am, aku tidak bisa melanjutkan latihan. Aku harus pergi sekarang."

In Your Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang