50

420 82 10
                                    

Seberkas cahaya berhasil masuk, menembus ventilasi udara di dalam penjara. 

TCAKK!

Suara besi yang beradu dengan benda padat itu membuat tidur Victory terusik.

"Cepat bangun!" suara penuh ketegasan itu menginterupsinya agar membuka mata.

Tak lama setelah itu, ia bisa merasakan jika sebuah tangan menariknya untuk bangkit.
Tentu saja hal ini membuat dirinya tersentak kaget.

"Yakk! Lepaskan!" katanya sembari memberontak.

"Argghh!"

Victory seketika menoleh sekitarnya begitu suara erangan menyapanya. Ternyata, suara tersebut berasal dari Jooan yang terkurung di sel tahanan sebelahnya. Tampak jika pria yang lebih muda darinya itu merintih kesakitan akibat senjata yang menancap di kakinya ditarik paksa oleh prajurit yang bertugas.

Itu berarti, semalaman Jooan tidur dengan kaki tertancap senjata. Entah bagaimana rasanya, Victory tidak bisa membayangkannya. Itu pasti sangat sakit, hingga sampai-sampai wajah pemuda itu pucat pasi layaknya mayat.

"Keterlaluan," gumam Victory tak teralihkan untuk menatap tajam pada prajurit-prajurit di sana.

"Apa kau bilang?"

Ah sayangnya prajurit tersebut mendengarnya sehingga tak dapat dihindari bahwa dirinya harus menerima tatapan melotot dan tarikan yang lebih kuat.

"Apa kalian tuli? Tidak bisa mendengar apa yang aku katakan? Kalian itu keterlaluan. Tidak berperikemanusiaan."

"Diam, dan terima saja apa yang pantas untukmu setelah ini."

"Cih," decih Victory.

Kemudian dirinya terpaksa mengikuti sang prajurit yang entah akan membawanya kemana ia tidak tahu.

Setelah beberapa waktu melewati lorong gelap yang asing, netranya bisa melihat secercah cahaya terang di depan sana. Tampak seperti sebuah pintu khusus yang menghubungkan dunia luar.

Dengan ragu, ia menginjakkan tangga yang menjadi akses ke sana. Ia juga sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan Jooan yang dituntun oleh dua prajurit di belakangnya.

Dan yah, langkah kakinya berhasil menaiki anak tangga terakhir. Sorot matahari berhasil membuat matanya memicing. Ini terlalu kaget baginya, setelah semalam tidur di penjara bawah tanah.

"Kita mau kemana?" tanya Victory setelah menyadari jika tempat kakinya menapak sekarang adalah lingkungan istana.

Ya, dia sangat yakin itu. Terbukti dengan netranya yang menangkap presensi dayang istana dan prajurit yang berlaku lalang.

"Menemui Yang Mulia Raja," jawab prajurit tersebut yang sukses membuat Victory membelalakkan matanya.

Selang beberapa menit, langkahnya membawa ia pada sebuah bangunan yang berisi banyak rak buku. Yap, perpustakaan.

Awalnya ia bingung mengapa dia dituntun pada tempat membaca tersebut. Tetapi setelah melihat sosok pria berjubah itu tengah duduk sambil membaca mampu membayar rasa ingin tahunya.

"Yang Mulia, ini dia orangnya," celetuk salah satu prajurit setelah mendorong pelan Victory dan Jooan untuk maju mendekat.

Ada perasaan risih di benak Victory ketika sang raja muda itu menatapnya sinis.

"Yakk! Berikan hormat pada Yang Mulia," bisikan itu terdengar di sebelah telinga Victory. Dengan malas ia terpaksa membungkukkan badannya di hadapan pria yang lebih muda darinya.

"Huh, aku tidak ingin membuang waktu. Jelaskan maksud kedatangnmu ke sini dan barang-barang yang ada di kotak itu," ucap Bae Hoyoung menjadi pembuka percakapannya kali ini.

In Your Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang