Pria itu terbelalak saat lensa kamera yang ia pegang tak sengaja terfokuskan pada hal yang tak biasa. Berkali-kali ia mengedipkan matanya untuk memastikan jika yang ia lihat ini kenyataan bukan sebuah delusi.
"Astaga, aku harus menghentikannya!"
Pria itu mempercepat langkah kakinya sebab yang menjadi objeknya sekarang semakin melangkah ke tepi jembatan.
Dari belakang sana, Victory bisa mendengar jika mahasiswinya itu memanggilnya. Namun, untuk kali saja ia memilih mengabaikan panggilan Jennie karena ada seseorang yang perlu ia cegah.
"Hei!" panggil Victory ketika perempuan itu mulai menaiki pembatas jembatan.
"Yakk! Hentikan! Hei!" pekik sang dosen semakin khawatir pada perempuan itu.
"Ahjussi!!"
Lagi-lagi suara Jennie terdengar, namun volumenya kecil karena sekarang jaraknya dengan Jennie cukup jauh.
SREETT!
Victory tercekat saat perempuan itu kehilangan keseimbangannya. Dengan sekuat tenaga, ia langkahkan kakinya secepat mungkin. Sehingga jarak yang kurang dari sepuluh meter itu bisa ia lewati dalam hitungan detik.
GREP!
Secepat kilat, tangan kekarnya sukses meraih perempuan itu. Tanpa pernah Victory bayangkan, tubuh perempuan itu terseret dan berakhir dengan tubuhnya yang limbung bersamaan dengan perempuan itu yang ambruk di atasnya.
Ya Tuhan... Apa yang telah aku lakukan? batinnya ketika menyadari jika tangannya sekarang berada di posisi yang tidak seharusnya, yaitu berada di dada perempuan tersebut.
...
Jennie terbuyarkan dari pikirannya karena Victory tiba-tiba saja mengambil langkah cepat sehingga menyebabkan ia tak bisa mengimbanginya.
"Ahjussi!" panggil Jennie untuk kesekian kalinya.
Namun tetap saja yang dipanggil tak menoleh sedikitpun ke arahnya.
Lama-lama Jennie kesal sendiri, entah itu karena dibiarkan oleh sang dosen ataupun karena kameranya dibawa kabur.
"YAAKK! AHJUSSI, JANGAN BAWA KABUR KAMERAKU!" seru Jennie dengan lantang sampai serangga yang hinggap di semak-semak berterbangan ketika mendengar suaranya.
"CK! Pokoknya kalau kameraku kenapa-kenapa kau harus menggantinya dengan yang baru!" geram Jennie sembari menghentakkan kakinya di tanah dengan penuh penekanan.
Ia terdiam sejenak, suara hatinya mengatakan bahwa ia harus menyusul Victory. Tetapi, sebuah keraguan tiba-tiba saja muncul dibenaknya.
Ia ragu untuk meninggalkan barang-barangnya yang ia letakkan di bawah pohon.
"Eoh? Apa koperku akan baik-baik saja jika ditinggal? Secarakan ini hutan, siapa tahu di sini ada tarzan dan kawan-kawan yang kelaparan."
Setelah bermonolog sendiri, gadis itu lantas melebarkan matanya. Oh tidak! Aku tidak mau koperku dibawa kabur oleh Tarzan!
Dan tepat setelah bergumam sendiri, gadis itu memutar tubuhnya guna mengambil barang-barangnya yang ia tinggal.
Setelah itu, ia pun menyusul Victory untuk menagih kameranya.
"Seingatku, ahjussi menuju ke sini, tapi kenapa tidak ada?" tanya Jennie yang masih belum melihat sosok Victory. Sekarang dirinya berada di dekat jembatan sekitar empat meter dari ujung jembatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Time
Fanfiction(END)Apapun akan Jennie lakukan untuk mendapatkan nilai A+ Bahkan ia rela untuk menyebrangi dimensi demi mematahkan kutukan yang menimpa dosennya itu. Victory Kim adalah pria berumur 32 tahun yang berprofesi sebagai dosen. Di masa lalu, ia dikutuk...